Total Pageviews

Monday, June 29, 2009

sepi

saat-saat dimana aku
tak(kan) lagi melihatmu
dan rindu menghempaskan semua
kenangan dan masa lalu
tepat di dadaku

ayo, siapa mau?

mulut-mulut penguasa
lapar kuasa
perut-perut rakyat jelata
jadi umpannya

siapa mau kenyang?
pilihlah saya

siapa mau sejahtera?
pilih saya

pendidikan gratis?
pilih saya

harga BBM turun?
karena saya

pemerintah lambat!
maka pilihlah saya

penuntasan pelanggaran ham?
tentu pilih saya, saya kan tidak terlibat!

mulut-mulut penguasa
cari kuasa
perut-perut rakyat jelata
jadi umpannya

demokrasi ubi

demokrasi digadang-gadang
janji manis meruah bagai bandang
cuci gudang!
kampanye otak udang

rakyat di angin-angin
pakai angin surga yang sejuk dingin
terlalu lama diangin
rakyat masuk angin

penguasa kentut dengan nyaring
ada juga yang pamer taring

demokrasi ubi,
cuma jadi kentut
rakyat jelata
tetap melata

Friday, June 26, 2009

Indonesia hari ini

indonesia hari ini
akankah lupa sejarah dulu
yang mati diterjang peluru
yang dihilangkan hingga kini

indonesia berdemokrasi
satu saja yang tak terjanji
pelanggar ham di ADILI!
alih-alih jadi pemimpin negeri

indonesia hari ini
buka matamu
buka hatimu
usiklah kau punya nyali

untuk bilang tidak
untuk demokrasi yang koyak

indonesia hari ini
jangan lagi makan janji
ilusi kuno para penguasa
agar kita lupa pada luka

kerdil

matamu adalah budak belian
terperas hatimu kecil, yang
tak sempat tumbuh besar
mekar dalam genggaman

Thursday, June 25, 2009

senja mendung di kurusetra

senja mendung di kurusetra
hari ketujuh belas barathayuda
satu lagi gugur di jalan panah
ksatria karna putra sang surya
tumbal sebuah konspirasi sang kresna
jadi pahlawan demi tumpasnya angkara

bayang-bayang

ia adalah masa lalu
ia berjalan menembus ruang dan waktu

Wednesday, June 24, 2009

sang adipati

seorang karna adalah ksatria,
ia mati oleh panah di medan laga
maju perang membela angkara,
namun ia tetap ksatria tahu yang ia bela adalah salah,
kesetiaannya bagai karang dan keberaniannya sejati
ambil sikap beradu sakti
ia tak takut mati
pada jasadnya turun melati
pertanda hatinya putih dan suci

setia dan berani bersikap itulah ksatria
bukan hanya janji yang menjadikannya

kerut di dahimu

ia makan wajahmu, mengunyahnya pelan-pelan
memutar waktu lebih cepat pada rautnya, lalu
meremas-remas jantungmu
hingga udara tak lagi leluasa

airmatamu adalah budak belian
tak mampu lagi menggendong luka,
ia rampas mimpi-mimpi dalam tidurmu
dan malam pun tak pernah berani menatap pagi

bau kematian tercium
dari tiap hembusan nafasmu
disetiap langkah kau tancapkan
duri ditelapak kaki
juga dalam hatimu

Tuesday, June 23, 2009

kubur

sebuah awal
dari semua asal

buruk baik
tertanam apik

yang di buat
dan tidak dibuat
terkenang kuat

setiap peristiwa
segala tiada
sesal terbawa
juga tawa

tinggal sunyi
pada kamboja
rumput liar, ilalang menari
waktu menghapus duka

Monday, June 22, 2009

melodrama

melodrama khas melayu
petaka duka diatas duka
tenaga kerja wanita
di negeri boneka jadi babu
dinegeri sendiri angin lalu

kalau mano itu berbeda
wajah cantik penuh 'caya
seyum manisnya tersipu

kalau yang namanya iyem itu babu
peras keringat di negeri boneka
pulang kampung dengan luka-luka
di pintu tiga masih ditipu

kalau mano banyak pengacaranya
pulang ke tanah air bak puteri
iyem banyak boroknya
pulang ke kampung gigit jari

hilang

malam senyap menyergap
menyekapku dalam sakunya yang gelap

nisan

prasasti bisu masa lalu
awal kisah perjalanan baru

Friday, June 19, 2009

perpisahan

pada sisa perjalanmu sendiri
kau taburkan bunga pada kenangan
ku maknai saja rindu pada sunyi
biar usai kau jejaki keraguan

Thursday, June 18, 2009

selamat jalan senja

setelah sekian lama kita menuliskan kenangan
di dada masing-masing yang penuh kata tak terucap

kitapun berpisah

setelah waktu akhirnya mengakhiri segala tanya
dan segala kerinduan tentangmu perlahan terjawab

kita pun berpisah

setelah semua peluk dan cium yang ku kirim padamu
selalu kau sambut dengan hangat di hati

kita pun berpisah

setelah ucapan perpisahan mengantar kita
pada tepian mimpi-mimpi yang dulu kita kejar

kita pun berpisah

Wednesday, June 17, 2009

berapa jauh

berapa jauh jarak yang harus ku tempuh
untuk menjauhkan hatiku dari mu?

sejauh jarak perjalanan nafas

maka terjadilah

terjadilah segala sesuatu
menurut kehendakMu
karena kehendakMu
adalah rencanaMU
bagiku

Tuesday, June 16, 2009

sabar saja

berapa lama lagi
kita harus mendengar kata "RAKYAT"
di lacurkan?!
sabarlah
sebentar lagi pemilu selesai

Monday, June 15, 2009

mimpi

bunga yang dipetik malam
untuk merayu senja
agar ia dapat
mengecup rona
pipinya yang jingga

seperti mimpi-mimpi yang mengarungi malam

aku adalah
matahari
dan
kau selalu
senja

tidak ada RAKYAT kecil

yang ada adalah RAKYAT
tak ada RAKYAT kecil
ada pun
RAKYAT
yang dikecilkan
agar yang lain
jadi terlihat
besar
jika sudah merasa besar
baru bisa berkoar-koar
seolah-oleh membela RAKYAT
mengeksploitasi RAKYAT
yang tadi dikecilkan

pertanyaannya adalah:
mengapa dikecilkan?
karena supaya tidak menggangu
tetangga sebelah

bingung..?
sukurlah!

Thursday, June 11, 2009

sajak LUDAH

kuludahi kata RAKYAT yang keluar dari mulutmu
kuludahi kata BANGSA dari alat ucapmu
kuludahi kata MAKMUR hasil karya tuturmu

lalu kuludahi hatimu yang penuh tipu muslihat
sebab engkau tak lebih berharga dari air ludahku!

Oleh: Tuluswijanarko

Wednesday, June 10, 2009

hujan deras

hujan yang turun dikotamu
segera tiba di tempatku
lewat pesan singkat telepon gengammu

"hati-hati pulang nanti,
diluar hujan deras sekali"

begitu ku baca pesanmu

seperti rinduku padamu
yang tiba-tiba deras turun sore itu

Friday, June 5, 2009

biar sudah

kau yang bergulat dengan kebohongan
buta matamu silau akan indah dunia

berapa banyak jadi punyamu?

sayapmu tak sanggup membelah angkasa
biar sudah kaki tertanam kuat pada bumi

bukankah semua tak sempurna?

perlahan-lahan

secangkir kopi yang kau seduh tadi pagi
isyaratkan kenangan yang kelam tertimbun waktu
tak ada lagi rindu yang mengebu-gebu
bayang-bayang wajahmu terbang dan menghilang
seperti uap kopi yang melayang ke udara
meninggalkan permukaannya yang hitam
hangatnya menghilang pada udara pagi yang dingin
hingga tersisa hanya manis catatan-catatan perjalanan
yang ku minum perlahan-lahan dan akhirnya tandas
meski sudah tak lagi hangat namun nikmatnya ku kecap