Total Pageviews

Tuesday, July 28, 2009

tentang mimpi orang besar

malam bermimpi tanpa tidur
pagi berjalan tanpa henti

Friday, July 24, 2009

rindu puisi

ia ingin sekali memberikan puisi untuk ibunya
sebagai hadiah yang sudah bertahun-tahun ia simpan
tanda mata dari kota, tempat dimana ia berkelana
dengan mantap ia pulang kerumah dengan membawa puisi
di tas ransel yang dulu dibelikan ibu untuk ia sekolah
sesampainya di rumah segera ia buka tasnya
tak sabar hendak memamerkan puisi kepada ibunya
tapi, sekarang puisi tak ditemukan
puisi yang nakal melarikan diri entah kemana
sebelum sempat ia mengetahuinya
lama ia mencari, ternyata puisi sembunyi di ujung senja
perlahan ia dekati puisi dan memegang pundaknya
lalu ia bertanya kepada puisi,"mengapa kau lari?"

puisi diam saja, ia ingat rumah dan ibunya
yang lama tak ia kunjungi

Thursday, July 23, 2009

tentang duka

ia adalah musafir, aku persinggahannya

tentang gerimis

aku pikir beginilah di atas sana;
tukang kebun menyiram bunga-bunganya ditaman
: aku adalah rumput liar diantara batang

menunggu pagi

malam larut di matamu
segala luka jadilah deru

menanti dengan sabar
sampai akhirnya tercabar

seribu kunang
mengirim bayang

jingkrak kuda binal
meringkik nakal

menari dan menari
entah kemana hati mencari

tak kuasa diri menipu jiwa
di jantung hati mahaduka bertahta

Tuesday, July 21, 2009

tentang rindu

aku rindu
bersandar
di hangat dadamu
ranum!
di situ ku kenang
masa kanak dulu
ketika di pangku ibu

aku rindu
tenggelam
di hangat tubuhmu
harum!
di situ kutemui
pejalan malam
yang selalu sunyi

aku rindu
kecup kenyal bibirmu
yang menolak tunduk
di situ aku pengembara asing
yang tak dapat berpaling

tentang malam

mari kita tuang bir
diatas takdir mencibir
biar saja malam berlalu
kau tetap dewiku

kalau pagi terlewat
bilang saja:
"sorry bro, aku mabuk semalaman,
tak sempat menyambut hangatmu"

biar siang menikam dengan teriknya
simpan panasnya untuk nanti malam
biar tetap hangat airmata
saat kita memeluk tubuh duka

Wednesday, July 15, 2009

endapan

luka yang kau simpan pada senyuman
seperti ampas kopi yang khawatir
mengendap di dasar cangkir
menanti dengan tak nyaman

tentang hidup

seperti putik bunga dan tunas daun
ia muncul, belajar mewarnai tangkai

seperti mimpi yang terus berlari
mencari rumah untuk pulang

betapa waktu pandai bermain petak umpet,
"siapa tahu tempatnya bersembunyi?",
"biar hari ini ku robek jantungnya!"

seperti dering telepon di tengah malam
mengejutkan bulan yang tidur pulas di balik jendela

"mengapa kau tak kirim sms saja?"

seperti chairil yang menghantui kata-kata
"sekali berarti, sudah itu mati"

kaukah api yang menghasut jiwa-jiwa sepi,
yang kemarin merampok sarang puisi?

Tuesday, July 14, 2009

tentang kata

kata-kata yang tak terucap
ia lahir sebagai puisi
puisi yang lahir
adalah kata-kata yang cacat
dari yang tak terucap

secangkir puisi

secangkir puisi
di pagi hari
nikmat diminum
selagi hangat

secangkir puisi
saat siang hari
di atas meja kerja
legakan rongga dada

secangkir puisi
saat senja hampir pergi
nikmatnya tak hilang
menjaga senja tetap terang

Monday, July 13, 2009

tentang kejujuran

serupa airmata mengalir
sedikit mengiris
hangat, dan
melegakan

cinta remaja

rindu yang kutitip pada waktu
kadang terasa ngilu
serupa bulu-bulu di pundakmu
diterpa angin lalu

Friday, July 10, 2009

sajak remang

di redup remang lampu
kita pun remang sejak dulu
mengapa remang tak terang saja
agar bebas telanjang di dada

bosan sudah gamang
biar ia datang
laksana laju air bah
memacu deru kemana entah

cinta sayang ini meluka
adakah ia berkata
biar sajak mengelepar
ditubuhmu yang pendar

dengan tulus

bayang-bayang itu selalu
menggangu, mengusik
dalam kedamaian tenang jiwa
"seperti hantu", katanya
seperti anjing liar
masuk kebun belakang rumah
merusak segala yang ditanam

didadanya angkara
duka di yang lainnya
biarlah biarlah,
ku bangun kembali istana
di atas pasir di hatimu

entah untuk yang keberapa kali
tahulah aku, tak ada sesal kini

bulan sabit lagi iseng

awan dilangit
lari terbirit birit

di kejar-kejar bulan
hendak disabit

menuai janji

waktu malam telah sampai ditengah
bulan terjepit awan setengah

aku berjalan membelah sepi yang mengangkang
saat itu arwah mimpi sedang asyik terbang
lalu tiba-tiba:"hei anak muda, mau kemana?",
sapa angin yang setengah berlari

lalu ku jawab," aku pergi menuai janji"
yang ku tanam di dadanya yang luka

yang tersisa

lalu dengan tawa kau garami luka
malam sepi itu tetap ada
jam dinding, lantai kayu, tembok kamar
menanti dengan sabar

sunyi sunyi sunyi
betapa waktu tak berarti

sepasang mata berharap
dua pasang mendekap

langit tak pernah coba kau raih
hanya lorong kecil ditelusur
sandiwara sandiwara memerih
berharap mimpi ini tak tidur

Thursday, July 9, 2009

yang tersimpan

demi hati yang luluh lantak
tertindas tanpa teriak

kenangan itu satu

tak dapat kuserahkan
pada masa lalu

Tuesday, July 7, 2009

tentang pemilu dari kolong underpass

atap rumah kami bergetar
tanda kampanye di gelar
gegap gempita
kirab kebyar-kebyar
ada angkot, bis kota, motor juga
nasi bungkus, bendera, kaos gambar muka
semua lewat di atas kepala
bukan atap saja bergetar
hati kami juga
ada kecewa, sedih, marah juga harap
getarnya sampai juga pada nasib kami
yang kusam oleh debu jalan

Wednesday, July 1, 2009

jangkrik

krik..krik..
krik..krik..krik
krik..krik..krik
krik..
krikkrikkrikkrikkrik
...
krik!

dejavu

rakyat harus sejahtera
pendidikan gratis
pengangguran kita kikis
sembako murah
harga BBM turun drastis
hukum kita tegakkan
koruptor diberantas habis

sebentar ya,..
kok rasanya pernah denger ya?!

ah,

kapan ya?!

aku masih di sini

aku masih di sini
di tepi jalan-jalan kota besar
menanti pembeli
sebentar-sebentar dipungli

tuan di sana umbar janji
kelak ingkar lagi

ya, aku masih di sini
tetap di sini sampai nanti

di sana tuan umbar janji

katanya lagi; "rakyat kurang gizi!"