Total Pageviews

Friday, October 10, 2008

aku melihat Tuhan

berkatMu seperti matahari, cahayanya menerobos masuk kedalam jendela pagi
ketika gordin malam tersibak oleh doa dari mulut-mulut si peminta,
menerangi setiap sudut-sudut ruang jiwa yang kelam dan tertutup debu.
Tapi Tuhan , Kau sendiri adalah pemuda kurus yang kulihat tadi pagi, berdiri di tikungan jalan diantara hiruk pikuk pegawai kantoran dan pedagang makanan yang lalu lalang.
Engkau dan topi lusuh yang menyembunyikan wajahMu, karena malu melihat tanganMu yang menengadah, meminta sedekah bagi kedua kakiMu yang tak sempurna.
Ya, aku melihatMu tadi pagi! tepat ditengah tikungan jalan yang penuh hiruk pikuk pegawai kantoran dan pedagang makanan yang sibuk melupakan bahwa kau berdiri diantara mereka, lalu kemana hendak kusembunyikan wajahku Tuhan?, saat akupun sibuk malu-malu mengalihkan perhatian dan pergi menjauhiMu, dengan sepeda motorku yang selalu kucuci dengan berkatMu setiap hari, yang menerobos seperti matahari pagi dan jadi selimut ketika aku tertidur di malam hari.
Kau adalah bintang utara, yang selalu bersinar dan siap menunjukkan arah kapanpun dibutuhkan, dan tak berhenti bercahaya meski terabaikan.
aku adalah nelayan di lautan yang sesekali tak tahu kemana arah pulang.

1 comment:

Anonymous said...

Tuhan!!
hendaknya aku
ke rumah-MU

tak ada lagi
arti
;di tikungan jari
memelas sedekah
ke ribuan pasang mata
yang alihkan hatinya
ke arah duniawi

Mungkin di sana
aku bisa berdiri
di atas doa doa mereka
yang enggan seperti
aku lusuh tanpa kaki
menyeret nasib
sendiri

hehehe, nyolong ide neh
gua maz.
-Bersulang-