Total Pageviews

Friday, November 28, 2008

balada malam mabuk

aku akan tetap merindukan malam-malam ketika bulan malas mendengar ocehan-ocehanmu yang tengah mabuk, tentang luka yang kau umbar di diskotik-diskotik ibu kota, tentang kecewa yang kau tuang kedalam dadamu yang penuh sesak lalu kau tarikan pada lantai dansa, entah sudah berapa banyak ia mabuk karena tarianmu, entah seberapa mabuk tarianmu.
aku akan tetap mengenang dan mencintaimu, seperti saat kita saling mencuri hati lewat belaian-belaian tangan dan kecupan-kecupan penuh hasrat yang tertahan oleh daster dan pakaian dalam yang tergantung dibelakang pintu kamarmu, sayang kita tak pernah mewujud sepasang kekasih. Airmata yang kau titipkan padaku, masih ingatkah sayang? kusimpan baik-baik jauh dari jangkauan kucing atau pengganggu lainnya, mungkin nanti akan berguna sebagai penanda seberapa jauh perjalanan kita lampaui. Dan,
aku akan tetap menyesalkan malam yang selalu berganti pagi, ketika pagi setiap hari semakin membawa jarak bagi kita. Dan malam, malam jadi semakin jinak oleh ruang dan waktu yang selalu tak perduli.

: hanya saja sesekali aku tersadar dan bangun dari mimpi dan kau bukan disisiku, itu saja.

Thursday, November 27, 2008

angkuh

laju perahu perlahan ikut riak
tinggalkan buih di bibir lambung
riak selamanya tak akan mengerti
mengapa ombak sesekali mengamuk,
biar sajalah...

ego adalah aku,
terkutuk untuk tak dapat mempercayai
eksistensi adalah penyangkalan
kertas tetaplah kertas
sudah kukatakan puisi itu tak bernoda kata-kata

Tuesday, November 25, 2008

tanah air

air dari mata air
terus mengalir
hingga padi kuning berbulir
gunung dan lembah adalah penjaga
mataharinya adalah tungku penghangat
angin dan cuaca teman bermain
lautnya adalah gelora jiwa
sungainya adalah urat nadi
danaunya adalah jantung hati

tanahnya adalah ibu
airnya adalah susu
kelak buminya adalah makam
rumah jiwa dan raga bersemayam


*tergugah oleh "Loh jinawi Indonesia" karya Anez

pencuri

ia diam-diam mencuri puisi
di ladang kata
yang penyairnya tertidur

ia tak sadar
puisi telah lebih dulu
mencuri hatinya

waktu

ia pergi
tak kembali

Monday, November 24, 2008

sampai tutup mata

mata telanjang,
bulat
telanjangi
mata kepala
menujam
mata hati
gemetari
mata kaki
arungi
mata air mata
nikmati
matahari

sampai
tutup mata

Friday, November 21, 2008

kabar angin

pada dermaga kapal nyaris sandar
camar-camar riuh menyambut layar
karena hati hilang sabar
patah sudah tiang layar
tempat cinta dulu berkibar
perlabuhan menunda kabar
hanya serpih berai tercabar
berharap pantai tubuh mendampar

Thursday, November 20, 2008

mata indah

mata telanjang,
bulat

teriak tanpa merdeka

di bawah merah ada putih
di bawahnya ada putih lalu merah
mandi pagi matahati
pada terang matahari

bangga ingat kakek dahulu
dimasa muda perang gerilya
menghadang peluru diruncing bambu
demi kibar sang saka dilangit raya

dulu teriak merdeka dengan bangga
kini tak lagi teriak merdeka
tinggal teriak tanpa merdeka
karena rakyat hilang merdeka

Wednesday, November 19, 2008

dada ini bara

telinga koyak
dirobek jerit
marah luka meruyak
di atas tiran menghimpit

dada ini bara
duri segala airmata
akar rumput bersatu
menggarisi batu

ambiguitas

perempuan yang menusuk jantung malam
dengan seribu misteri airmata kata
menggantung bulan separuh pasi separuh berahi
diredup terang merkuri lampu kota yang malas
perempuan itu saksi peradaban yang dimoralisasi
oleh mulut yang meludah dan meliuri tubuhnya

jalan-jalan tua sesekali sunyi
ia adalah peneman setia yang selalu bertanya,
"siapa lelah, siapa menanti siapa?"
"aku atau kau perempuanku?"

"entah. mari tanya mereka"

Monday, November 17, 2008

hujan

hujan menahan
langkahku pulang
memaksa berteduh
di pintu malam

kepada bumi
hujan pulang
langkah hujan
siapa menahan?

puisi terindah

tak bernoda
kata-kata

Friday, November 14, 2008

lomba kaki

beribu jejak tertinggal
berpasang- pasang sepatu berganti
sepanjang hari susul menyusul
saling adu siapa lebih dulu

Wednesday, November 12, 2008

dimana mencari pengalaman

di tempat ia berada

hilang

peziarah itu akhirnya pulang juga setelah lelah berkeliling
di kantong bajunya terselip beberapa lembar catatan
tentang tempat-tempat yang ia singgahi
catatan itu adalah sedikit oleh-oleh dari sejarah yang dicurinya dari waktu
tulisannya sudah banyak yang pudar mengotori kertasnya yang kekuningan
luntur karena basah terkena keringat yang dipompa keluar dari jantungnya
setelah lelah terkembang kempis menghembuskan nasibnya
terkadang harus berlari mengejar jaman yang mau tak mau menjadi edan

"aku tak tahu apa yang ku cari", ujarnya setiba di pagar rumah,
saat pintu rumah menyambutnya penuh tanya

Friday, November 7, 2008

makan burger

dalam mimpimu kau mengajakku
makan burger kesukaanmu
burger itu terasa gurih sekali
karena airmatamu membasahinya

saat terbangun airmatamu tak berhenti mengalir

mandi pagi

ia sudah terlalu lama mandi
sejak ia bangun tidur tadi pagi
hingga matahari hampir lewat di kepala
ia mandi airmata sampai jari-jarinya keriput
entah apa saja yang coba ia bersihkan ketika mandi
sampai hampir kering bak mandi
lalu ia kenakan handuk warna merah
yang wanginya semerbak menebar aroma segar bunga
sejenak ia terpesona oleh wanginya
namun secepat itu juga ia kembali termenung
sambil meraba-raba merasai setiap keriput halus
yang tergurat hampir diseluruh ujung-ujung jari tangannya
juga di bawah mata dan pipinya

"itu gurat waktu sayangku, itu gurat waktu.."

lama ia menatapnya seakan tak percaya
sudah begitu banyak peristiwa ia lewatkan
yang sekarang menempel pada setiap keriputnya
setiap peristiwa yang terlewat setiap ia sibuk mandi
ditatapnya lagi bak mandi yang setengah kosong dengan setengah hati
mungkin terpikir ia untuk melanjutkan mandi
rasa airmata yang mengucup tubuhnya tak lagi asin

Thursday, November 6, 2008

menjual tawa

si penjual tawa, begitulah orang-orang menyebutnya
menjual tawa dengan sekantong airmata sebagai bayarannya
begitulah ia bekerja setiap hari, hingga pada suatu hari
ketika hari menjelang sore ia simpan airmata dan nestapa
yang hari ini berhasil ia tukar dengan tawa di dalam keranjangnya yang mulai senja
kemudian ia bagi-bagikan tawa yang tak laku dijual kepada orang-orang
yang ia temui sepanjang perjalanan pulang
merekalah orang-orang yang airmata pun sudah tak punya lagi
untuk ditukarkan dengan sedikit tawa
setibanya di rumah, disimpannya rapi berkantong-kantong airmata tadi
bersama-sama dengan kantong airmatanya sendiri
lalu ia mandi dan bersiap-siap menyambut malam yang menjemput
malam tiba dan ia dijemput dengan tak tergesa-gesa tapi juga tak terlambat
penuh suka cita ia menunggangi malam dan terbang ke langit
pulang ke rumah orang tuanya
diiringi orang-orang yang mengantarnya dengan airmata
yang ditinggalkannya di dalam lemari rumahnya

palu arit dan pancasila

propaganda hitam kisah kelam
sebuah negeri di suatu masa
para jenderal jadi tumbal
ideologi merah terlarang
darah rakyat memerah tergenang

hingga kini anak cucu
bernafas pun di larang
di negeri orang leluhur terbuang

palu arit pancasila
tangan siapa bersimbah darah



*lagi-lagi gubahan dari puisinya Anez "propaganda"

kau

kau ada
hujan turun
musim cinta tiba
dihati pancaroba

kau tiada
deras hujan
kalut musim
mendera demam
di hati dan raga

kau hadir
payungi cinta
teduh rasa

*digubah dari "sakit"nya Anez

Tuesday, November 4, 2008

peronda malam

malam nanti aku akan meronda
berjaga agar tidurmu tak terusik

sedang kau asyik bermimpi
mengejar bintang-bintang
yang tadi sore kupetik

Monday, November 3, 2008

pulang ke rumah

ibu bangun pagi-pagi sekali hari itu,
lalu membersihkan sepatu putihku
yang tak lagi putih itu karena kotor tertutup debu
seiring usia melintasi jarak dan waktu
kotoran jalanan mengerak pada telapaknya, menempel dan membatu.
Kubawa pulang sebagai oleh-oleh setelah lama kutinggalkan rumah.

ia sikat permukaan sepatu itu hati-hati sekali
takut melukai kulitnya yang tak lagi mulus,
dengan sabar dicongkelnya kotoran yang membandel
pada lekukan - lekukkan dan disetiap lipatan-lipatan peristiwa
yang tergurat dari setiap persinggahan perjalanan.
lalu dikumpulkannya kembali setiap kotoran dan debu itu
untuk nanti diseduh bersama kopi hitam kegemaranku,
katanya itu berkhasiat untuk menyembuhkan luka dalam
karena terlalu banyak menahan airmata
setelah selesai, lalu dengan sabar diangin-anginkannya sepatu pada pagi cerah itu
"mengapa harus pagi-pagi sekali bu?", tanyaku,
"agar tak terkena panas terlalu terik dan tetap lembut teksturnya saat nanti dipakai kembali", jawab ibu

siang itu kakiku malas beranjak,
sambil menikmati sisa kopi hitam yang memang mujarab itu
ku pandang-pandang sepatuku yang tadi pagi di cuci ibu