aku lihat kalian
saling bunuh
sebentar lagi
bangkai kalian
saling meniduri
Tuesday, March 31, 2009
Friday, March 27, 2009
Wednesday, March 25, 2009
kabari aku
kepada malam yang setia menengokmu
kutitip kangen yang ramai riuh
karena kamarku jadi penuh sesak dan berisik,
aku jadi nggak bisa tidur diganggunya
"jika nanti sudah sampai, tolong sms ya,
kabari bahwa ia kau terima dengan baik"
"jika tak kuat lagi kau menanggungnya,
titipkan saja lagi kepada malam"
yang akan mengantarnya kembali padaku
kutitip kangen yang ramai riuh
karena kamarku jadi penuh sesak dan berisik,
aku jadi nggak bisa tidur diganggunya
"jika nanti sudah sampai, tolong sms ya,
kabari bahwa ia kau terima dengan baik"
"jika tak kuat lagi kau menanggungnya,
titipkan saja lagi kepada malam"
yang akan mengantarnya kembali padaku
Tuesday, March 24, 2009
musim kawin
tetes-tetes darah airmata lelah menggapai langit
awan dan hujan berlalu bersama musimnya
pancaroba di tanah negeri
mendung mengintai bak pencuri
duka tak bertuan sembunyi dibalik warna warni cuaca
tipu muslihat adalah wabah yang terbawa angin
panggung pesta dibangun dengan dusta
undangan keempat penjuru dikumandangkan
penanda sebentar lagi musim kawin tiba
ular dan musang saling pagut
sambil diam-diam menghitung jembut
sebagai mahar juga kuda-kuda
kalau nanti waktu melamar tiba
awan dan hujan berlalu bersama musimnya
pancaroba di tanah negeri
mendung mengintai bak pencuri
duka tak bertuan sembunyi dibalik warna warni cuaca
tipu muslihat adalah wabah yang terbawa angin
panggung pesta dibangun dengan dusta
undangan keempat penjuru dikumandangkan
penanda sebentar lagi musim kawin tiba
ular dan musang saling pagut
sambil diam-diam menghitung jembut
sebagai mahar juga kuda-kuda
kalau nanti waktu melamar tiba
Monday, March 23, 2009
laba-laba
pada kepul asap rokok
kutulis sebait puisi
tentang laba-laba merajut sarang
menyambung utas demi utas helai nafas
yang kadang terputus oleh nasib
tak bosan tak lelah meski sesekali putus lagi
ulang lagi, rajut lagi
siapa tahu menangkap mimpi hari ini
kutulis sebait puisi
tentang laba-laba merajut sarang
menyambung utas demi utas helai nafas
yang kadang terputus oleh nasib
tak bosan tak lelah meski sesekali putus lagi
ulang lagi, rajut lagi
siapa tahu menangkap mimpi hari ini
Tuesday, March 17, 2009
Monday, March 16, 2009
aku adalah malam
aku adalah malam yang akan meninabobokan rembulan di pangkuanmu
kau jagalah sepenuh sesak kelam masa lalu kita, sementara itu
aku kembali kelangit melawan segala perih serupa kabut
merapikan kembali gugus bintang-bintang ditepian harapan
menggedor gerbang surga dan pengampunan
aku adalah malam, rembulanku tidur dipangkuanmu
kau jagalah sepenuh sesak kelam masa lalu kita, sementara itu
aku kembali kelangit melawan segala perih serupa kabut
merapikan kembali gugus bintang-bintang ditepian harapan
menggedor gerbang surga dan pengampunan
aku adalah malam, rembulanku tidur dipangkuanmu
Tuesday, March 10, 2009
pendosa
berjalan
dalam seribu
bayang-bayang
wajah serupa hantu
wajahnya sendiri
bergentayangan
meludahi masa lalu
kemarin
adalah liang kubur
yang di gali
dengan birahi
besok
mampus kau dimakan api!
dalam seribu
bayang-bayang
wajah serupa hantu
wajahnya sendiri
bergentayangan
meludahi masa lalu
kemarin
adalah liang kubur
yang di gali
dengan birahi
besok
mampus kau dimakan api!
Wednesday, March 4, 2009
belajar sepeda (pulang kerumah)
suatu hari ayah memberiku sebuah sepeda
rodanya dua warnanya biru tua
tentunya dengan model terbaru masa kini
ayah bilang itu hadiah
"karena aku menyayangimu"
"sepeda balap, khusus kupesan untukmu", ucapnya bahagia
dengan gembira aku mulai belajar
menaiki sepeda yang biru tua itu
warna birunya berkilauan ketika matahari menyentuh tubuhnya
dua rodanya yang liar berbelok ke kiri ke kanan
terus kupacu si biru meski berkali-kali terjatuh
maklumlah sepedaku ini jenis sepeda balap yang sulit dikendalikan
hari hampir senja saat aku rsadar aku telah jauh dari rumah
ayahpun tak lagi kulihat disekitarku
sambil mengingat-ingat jatuh demi jatuh yang tadi ku alami
ku perhatikan disekujur tubuhku banyak luka-luka kecil
yang dari tadi tak kurasakan karena asyik menaklukkan si biru itu
darah mulai keluar dari luka-luka itu, perih!
aku mulai menangis dan memanggil-manggil ayah,
"ayah, dimana kau, mengapa kau biarkan aku sendiri?"
dengan langkah gontai kuseret sepedaku, berjalan pulang
di depan rumah, ayah sudah dari tadi menungguku, tersenyum-senyum ia bertanya,
"bagaimana sepedanya, asyik bukan?!
"sepeda itu dirancang khusus untukmu, tak ada duanya didunia ini nak"
kuikuti ayah yang menggandengku masuk ke rumah,
si biruku parkir manis di tembok rumah kami
"mari ku rawat luka-lukamu, agar besok kau belajar menaklukkannya lagi".
seketika aku lupa bahwa tadi aku mencari-carinya,
tak sabar aku menanti matahari terbit lagi besok pagi.
" kan ku taklukkan lagi sepeda ini", pikirku
sementara ayah sibuk merawat luka-lukaku
rodanya dua warnanya biru tua
tentunya dengan model terbaru masa kini
ayah bilang itu hadiah
"karena aku menyayangimu"
"sepeda balap, khusus kupesan untukmu", ucapnya bahagia
dengan gembira aku mulai belajar
menaiki sepeda yang biru tua itu
warna birunya berkilauan ketika matahari menyentuh tubuhnya
dua rodanya yang liar berbelok ke kiri ke kanan
terus kupacu si biru meski berkali-kali terjatuh
maklumlah sepedaku ini jenis sepeda balap yang sulit dikendalikan
hari hampir senja saat aku rsadar aku telah jauh dari rumah
ayahpun tak lagi kulihat disekitarku
sambil mengingat-ingat jatuh demi jatuh yang tadi ku alami
ku perhatikan disekujur tubuhku banyak luka-luka kecil
yang dari tadi tak kurasakan karena asyik menaklukkan si biru itu
darah mulai keluar dari luka-luka itu, perih!
aku mulai menangis dan memanggil-manggil ayah,
"ayah, dimana kau, mengapa kau biarkan aku sendiri?"
dengan langkah gontai kuseret sepedaku, berjalan pulang
di depan rumah, ayah sudah dari tadi menungguku, tersenyum-senyum ia bertanya,
"bagaimana sepedanya, asyik bukan?!
"sepeda itu dirancang khusus untukmu, tak ada duanya didunia ini nak"
kuikuti ayah yang menggandengku masuk ke rumah,
si biruku parkir manis di tembok rumah kami
"mari ku rawat luka-lukamu, agar besok kau belajar menaklukkannya lagi".
seketika aku lupa bahwa tadi aku mencari-carinya,
tak sabar aku menanti matahari terbit lagi besok pagi.
" kan ku taklukkan lagi sepeda ini", pikirku
sementara ayah sibuk merawat luka-lukaku
Monday, March 2, 2009
akulah abu
demi tubuh yang koyak koyak oleh tombak yang terhunus
demi garang darah Kristus yang mengalir di gunung tandus
demi penebusan demi gerbang Petrus
akulah abu yang kau salibkan
bersama-sama dengan dia
yang terusir dari eden
menderita dan berdosa
demi penantian akan janji setia
akulah abu yang genap diurapi
oleh tubuh dan darah sang putera
demi garang darah Kristus yang mengalir di gunung tandus
demi penebusan demi gerbang Petrus
akulah abu yang kau salibkan
bersama-sama dengan dia
yang terusir dari eden
menderita dan berdosa
demi penantian akan janji setia
akulah abu yang genap diurapi
oleh tubuh dan darah sang putera
Subscribe to:
Posts (Atom)