Total Pageviews

Wednesday, March 4, 2009

belajar sepeda (pulang kerumah)

suatu hari ayah memberiku sebuah sepeda
rodanya dua warnanya biru tua
tentunya dengan model terbaru masa kini
ayah bilang itu hadiah
"karena aku menyayangimu"
"sepeda balap, khusus kupesan untukmu", ucapnya bahagia
dengan gembira aku mulai belajar
menaiki sepeda yang biru tua itu
warna birunya berkilauan ketika matahari menyentuh tubuhnya
dua rodanya yang liar berbelok ke kiri ke kanan
terus kupacu si biru meski berkali-kali terjatuh
maklumlah sepedaku ini jenis sepeda balap yang sulit dikendalikan

hari hampir senja saat aku rsadar aku telah jauh dari rumah
ayahpun tak lagi kulihat disekitarku
sambil mengingat-ingat jatuh demi jatuh yang tadi ku alami
ku perhatikan disekujur tubuhku banyak luka-luka kecil
yang dari tadi tak kurasakan karena asyik menaklukkan si biru itu
darah mulai keluar dari luka-luka itu, perih!
aku mulai menangis dan memanggil-manggil ayah,
"ayah, dimana kau, mengapa kau biarkan aku sendiri?"
dengan langkah gontai kuseret sepedaku, berjalan pulang
di depan rumah, ayah sudah dari tadi menungguku, tersenyum-senyum ia bertanya,
"bagaimana sepedanya, asyik bukan?!
"sepeda itu dirancang khusus untukmu, tak ada duanya didunia ini nak"
kuikuti ayah yang menggandengku masuk ke rumah,
si biruku parkir manis di tembok rumah kami
"mari ku rawat luka-lukamu, agar besok kau belajar menaklukkannya lagi".
seketika aku lupa bahwa tadi aku mencari-carinya,
tak sabar aku menanti matahari terbit lagi besok pagi.
" kan ku taklukkan lagi sepeda ini", pikirku
sementara ayah sibuk merawat luka-lukaku

2 comments:

@neze said...

-Kau sungguh baik-

Bapa, kami percaya
tiada pernah
KAU tinggalkan jiwa
yang lari dari-MU

Bapa, maafkan hati
yang setiap hari
lari dari-MU ini.

leengnalty said...

AYAHKU SAJAK

Hari itu kupaksakan syairku bersenandung
karena sunyi berdiam diri dan sepi entah kemana
sembunyi-sembunyi kunikmat sebatang candu ayahku

di malam itu kupaksa syairku naik perahu kayu
aku berkata padanya tidak akan tinggal janji
walaupun hanya sebatas awan, asalkan teduh

malam itu pula aku tidur diatas syairku, kelelahan
setelah lama bercumbu, terbakar nafsu
kini, syairku hamil tujuh bulan

dua bulan berlalu waktu ditunggu
syairku melahirkan syairku
kutimang tiada ragu, seperti lagu

syairku sayang jangan jadi malang, suatu saat nanti kau dikenang
syairku sayang tumbuh mengembang, kelak nanti kau jadi kembang
syairku sayang, dewasa nanti semoga kau bertemu penyair tampan
yang mampu kendalikan nafsu
dan mencumbumu dalam buku
melahirkan sajak-sajak baru

-salampadat untukmu-