ada sepasang potongan tangan
bersilangan di ranting pohon kering
berlumuran darah, ia melayang-layang,
lalu meringkuk keriput di ujung dahan
warnanya merah kecokelatan
warna lidah api yang dimakan usia
di sekitarnya jari-jari manusia,
hitam berserakan ditanah
hanya sampai ruas buku kedua
lengkap dengan kuku-kuku
jari jemari hitam berserakan,
berserakan di tanah merah darah
ku lihat wajah dari masa lalu menatap dingin
sedingin masa lalu yang bungkam
baju putihnya lusuh oleh coreng moreng sejarah,
menggapai-gapai, tertiup angin yang keluar dari
sela-sela bilik rumahnya yang reot
wajah waktu yang silam itu begitu ku kenal, namun
ia berkata-kata dengan bahasa yang asing tak kumengerti, peringatan!
"awas setan gentayangan!"
ia duduk dikursi kayu yang sama tua dengan kesilamannya
gurat pada kayu itu adalah kisah hidupnya,
ia gendong bayi merah, begitu murni bercahaya
diantara potongan tangan dan potongan-potongan jari yang berserakan
bayi dipangkuannya tidur nyenyak seperti malam yang hitam
terbuai nina bobo ayunan tangan seolah tak dapat tersentuh apapun
udara gersang membalut dan merasuk kesetiap lubang paru-paru
matahari merah, matanya nyalang menusuk jantung
mengeringkan nyali dan sisa-sisa keyakinan,
"akankah nyawaku akan selamat?"
aku terbenam dalam lautan ngeri tak bertepi
aku tak tahu apa sebabnya begitu
ku rapal doa yang seketika lari tunggang langgang
bagai kuda liar menolak terkekang
meninggalkan roh tak bertubuh, milikku
"dimana tuhan, dimana jalan keluar, dimana aku?"
Tuesday, October 13, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Wahahahayyy, ngelamun jorok enak pa'cik, palagi aksinya hehe!
Maz, abis nonton pilem paan lo ampe ga bisa bangun gini, di "dudukin" lo ye, mang lo apaain dulu dia? haha!
Post a Comment