Total Pageviews

Tuesday, February 23, 2010

basukarna raja awangga yang baik budi (adipati karna)


“Wahai Anak Kusir Kereta, menyingkirlah dari perlombaan ini”
Pemuda itu menepi, membawa busur panahnya
Wajah kesalnya menyiratkan dendam
Pada seorang yang berwajah mirip dengan dirinya

“Wahai Pemanah Muda, bergabunglah dalam persaudaraan kami”
Angin sejuk mengobati hatinya yang teriris
Tawaran yang menumbuhkan satu loyalitas
Pada suatu persahabatan yang diulurkan padanya

“Wahai Anakku, akulah ibumu, betapa aku sangat mencintaimu”
Ia balik bertanya, kemanakah cinta ibu saat Pandawa menghinaku
Jawaban itu meluruhkan hujan air mata
Pada wajah wanita yang menghanyutkannya di masa bayi

”Wahai Anakku, bergabunglah dengan para saudaramu”
Tetapi ia lebih teguh pada sumpah persahabatannya
Sikap yang menghadirkan nestapa di hati Kunti
Pada kemuraman senja di pinggiran Kurusetra

”Wahai Ksatria, seseorang kini akan datang melemahkanmu”
Mentari seakan membisikkan pesan cinta
Pada ksatria yang tengah khusyuk bersemadi
Putera Sang Matahari yang menjadi Raja Awangga

”Wahai Raja, berilah aku pakaian terbaikmu”
Pinta seorang dewa yang menjelma sebagai brahmana
Ia meminta baju zirah dan sepasang anting dewata
Pada Raja Awangga yang dermawan dan berbudi

”Wahai peminta-minta, ambillah keinginanmu dariku”
Ia bersumpah, tak seorangpun pulang darinya dengan tangan hampa
Kini ia tak lagi dengan baju zirah yang menjadi separuh kekuatannya
Pada hari yang sangat dekat dengan Baratayudha

”Wahai Adinda, mengapa engkau ingin perang besar ini segera terjadi”
Lalu ia menjawab tanya Sang Kresna tentang jalan menghapus angkara murka
Itulah komitmen yang erat digenggamnya
Pada jalan ksatria, jalan yang dipilihnya

”Wahai Pregiwa, Konta Wijayadanu adalah takdir suamimu”
Ia menghibur dan meminta maaf atas kematian Gatotkaca ditangannya
Ia membesarkan hati Arimbi yang kehilangan putra terbaiknya
Pada hari kelimabelas peperangan trah Barata

”Wahai Bapa Salya, duduklah di kursi keretaku”
Ia meminta mertuanya untuk bertindak bagai Kresna di kereta Arjuna
Namun Salya menjalankannya setengah hati
Pada episode Karna Tanding yang masyhur di Kurusetra

”Wahai kakanda, aku menunggu ruhmu di langit dewata”
Ia menjawab lambaian ruh Surtikanti yang dicintainya
Tatkala Pasopati Arjuna menghujam ke lehernya
Pada suatu siang yang matahari menutup diri dengan awan

”Wahai prajurit, teladanilah Adipati Karna, pahlawan yang teguh janji”
Demikian Tripama menuturkan ajaran sikap kenegaraan
Dari diri seorang pahlawan yang teguh menggenggam sumpah
Di adalah putera Sang Surya, Adipati Karna

Sedjatee – medio november 2009

taken from : http://sedjatee.wordpress.com

1 comment:

@neze said...

wuuaaahhh gguuaaa banngeeettt nehh, hehee!