Total Pageviews

Tuesday, September 23, 2008

ketika pagar-pagar kampus tak lagi menahan


kamilah yang lari dari mimpi-mimpi indah fatamorgana, yang terbuai nyanyian sumbang ribuan hati yang geram terbungkam,

kamilah yang melompati tembok dan pagar-pagar rumah, ketika wajah-wajah menunduk malu di hadapan nasibnya sendiri, pesakitan yang ditindas tanpa batas, kempis dihisap sampai puas

kamilah yang menempuh sudut-sudut bahaya, menghalau segala sunyi di jalan mulia, yang diberi gelar kehormatan penjahat dan pelanggar hukum, di negeri yang tanahnya tak pernah kering oleh darah bangsa sendiri

kamilah yang meninggalkan cinta tak terkira dari rahim ibunda mulia, jadi caci maki dan sasaran panser serta moncong senapan para penjaga garda depan sejarah yang suci hama,

di dalam jantung ada (sepucuk duri) gairah menunggangi (seribu riak ombak) darah yang bergelora,

persetan kau tuan onar, persetan dengan semua serdadumu!

diam bukan jalan keluar dengan nyawa semua terbayar,

luka kubawa dalam dada, ketika tangan-tangan kelaparan mengapai-gapai surga yang tuli dari takdir yang terbuang di ujung demokrasi

1 comment:

Anonymous said...

Thomaz,
selain Taufik Ismail,
Binatang Jalang n Remy Silado,
siapa lagi yah penyair yang
berbau perjuangan?!
wah, merinding2 puisinye cuyy,
sama neh ma puisi lo ini

"diam bukan pilihan" (T.I)
"diam bukan jalan keluar" (T.S)
hehehe, ajip maz!!

Butuh masukkan dong maz,
hendak menulis neh gua!!
tingkat kesulitannye udah bukan
puisier lagi neh, udah penyair
(Kelas bulu lah)ngeriyy loo,
tapi kaga mau kalah gua
hahaha (Mudah2an bisaaa, hihi)