ia ingin sekali memberikan puisi untuk ibunya
sebagai hadiah yang sudah bertahun-tahun ia simpan
tanda mata dari kota, tempat dimana ia berkelana
dengan mantap ia pulang kerumah dengan membawa puisi
di tas ransel yang dulu dibelikan ibu untuk ia sekolah
sesampainya di rumah segera ia buka tasnya
tak sabar hendak memamerkan puisi kepada ibunya
tapi, sekarang puisi tak ditemukan
puisi yang nakal melarikan diri entah kemana
sebelum sempat ia mengetahuinya
lama ia mencari, ternyata puisi sembunyi di ujung senja
perlahan ia dekati puisi dan memegang pundaknya
lalu ia bertanya kepada puisi,"mengapa kau lari?"
puisi diam saja, ia ingat rumah dan ibunya
yang lama tak ia kunjungi
Friday, July 24, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
malang bukan kepalang
rumah dan ibu puisi
habis dimakan api sastrawan
yang saling bersebrangan
Post a Comment