Monday, December 28, 2009
Monday, December 21, 2009
selamat jalan
kau tanam dulu dalam timang-timangmu
ketika kami yang kecil merengek lapar dan kesepian
juga jejak rekam langkah kaki kami yang pertama
kami bakar airmata dalam doa-doa
menarilah untuk terakhir kali, lawan maut itu sebisamu
kau tak mungkin kalah,
tak kujanjikan dunia lebih indah bila kau tinggal
tapi cintaku menyelimutimu sepanjang waktu,
bila kau pergi juga, biarlah kuiring doa:
semoga juang dan sakit itu membawamu ke swargaloka
ku temukan di tengah-tengah padang hatimu yang begitu luas
bahwa kenangan manis tak dapat menjauhkan kita, sejauh apapun kau pergi
bawalah selalu,
betapapun berat melepaskanmu
ku ajarkan juga hati merelakan
selamat jalan ngkong,
anak-anak dan cucumu akan selalu mencintaimu
pulang dan damailah!
*mengenang ngkong, yang pulang ke rumbah Bapa pada tanggal 21 Desember 2009.*
Tuesday, December 15, 2009
pelacur dan pelacur
melacurkan kelamin kita
demi nafsu yang meledak-ledak di dada
merampas rupaNya dari wajah yang
seketika lupa jatidirinya
aku dan kau
telanjang dalam keremangan lampu
menghabiskan sisa malu, yang
mengetuk-ngetuk jantung bertalu
musik pengiring ritual paling tabu
jika kau adalah pelacur
maka aku pun pelacur
ayat-ayatmu adalah syahwat
bait-baitku orgasme
Thursday, December 10, 2009
kehendak bebas (free will)
karena diantara luka rakyat yang mengangga
kau tawarkan ayat-ayatnya, racun candu itu
membenci!
mencekik kebebasan dan kemanusiaan
yang tuhan sendiri berikan kepada manusia
Wednesday, December 9, 2009
Monday, December 7, 2009
tentang penindasan
yang ditindas tetap sama, RAKYAT!
rakyat yang harusnya sejahtera
rakyat tidak makan ideologi dan agama
rakyat itu sederhana, tapi tentu bukan seperti
ayam atau kambing yang kau pelihara
di negeri ini penindasan tumbuh subur
seperti ilalang di tanah padang
ia tumbuh dari benih-benih ketamakan
besar oleh buaian ayat-ayat agama dan ideologi
atas nama tuhan dan kebenaran
penindasan dipraktekan dan dibenarkan
Wednesday, December 2, 2009
Thursday, November 26, 2009
ada di balik batu itu
di balik batu
sedang apa udang
di balik batu
ada apa di balik batu
untuk apa udang di situ
kalau batu di balik
terlihatlah udang di situ
lihat, si udang,
sedang apa di situ?
Monday, November 23, 2009
sebuah permintaan
adalah cintaku yang terdalam untuk seorang anak manusia
jangan kau biarkan aku berjalan sendirian
perjalanan begitu sunyi tanpa tawa dan airmatamu
busuk!
main hakim dan menang sendiri
hati busuk penuh curiga dan nafsu
kompromi sebatas untung dan rugi
kesejahteraan adalah bisnis, bukan ideologi
lagi-lagi demi kehormatanmu
Thursday, November 12, 2009
Tuesday, November 10, 2009
kakek
ceritakan lagi dirimu
waktu kau muda dulu
mari isi darah dan nadiku
dengan kisahmu yang menggebu
agar aku kuat
menemanimu yang sekarat
melawan sakit yang mengerat
kita tahu, perpisahan kian dekat
biar sudah aku rela, jika nanti
kau pulang ke rumah Bapa
tapi hidup adalah perlawanan
sebelum kau pergi, mari sekali lagi
melawan!
Monday, November 2, 2009
jika aku tahu
di balik jubahmu yang agung itu
bersiap belati yang akan menikam jantungku
bagaimana aku bisa percaya
bahwa negeri ini baik-baik saja
jika aku tahu bahwa semua keadilan dan kebenaran
yang berkumandang adalah igauanmu tentang
bagaimana leherku akan kau gorok suatu hari nanti
bagaimana aku bisa hidup tenang
jika aku tahu
mengapa banyak orang mati dinegeri ini
yang batu nisannya adalah tanda penghinaan atas kemanusiaan
dengan apa kudamaikan hati
jika saja aku yang pegang pistol dan kekuasaan
tentu saja kau
yang akan menulisi puisi ini
Monday, October 26, 2009
pemanah
menarik setiap otot-otot jari dan tangan
anak panahku siap terbang
ke jantungmu, diurat nadinya
telah tertancap rinduku
Friday, October 23, 2009
Wednesday, October 21, 2009
pamit mandi
bersihkan sisa-sisa kotoran yang menempel
kalau sudah bersih dan wangi, duduklah menyepi
kenanglah,
tadi kita bermain layang-layang
ku terbangkan ia kelangit tinggi
kau ikut denganku berlari-lari menarik benang
agar layang-layang kita semakin tinggi
hampir saja layangan itu menyundul langit
jika saja awan tak menghalang-halangi
karena angin begitu kencang, benang yang kau genggam putus
tapi tanganmu yang ku genggam tak jua pupus
anganku terbang bersama layang-layang
bersamamu, kelangit tinggi
mari pergi mandi
lalu kenanglah lagi
layang-layang yang terbang tinggi
kado perpisahan
didalam tidurku tadi,
"kado untukmu sayang",
bisikmu mengiangi telinga
saat pagi melepas mimpi
matamulah mantra dan rima,
pada tiap baris puisi itu, dan
bibirmu adalah kontemplasi malam
yang selalu ku tunggu
Monday, October 19, 2009
Thursday, October 15, 2009
elang terbang bebas
melesat berpacu menunggang angin
"aku akan buat sarang,
di matahari!"
:tatkala matanya,
menujam leher pagi
Tuesday, October 13, 2009
mimpi buruk
bersilangan di ranting pohon kering
berlumuran darah, ia melayang-layang,
lalu meringkuk keriput di ujung dahan
warnanya merah kecokelatan
warna lidah api yang dimakan usia
di sekitarnya jari-jari manusia,
hitam berserakan ditanah
hanya sampai ruas buku kedua
lengkap dengan kuku-kuku
jari jemari hitam berserakan,
berserakan di tanah merah darah
ku lihat wajah dari masa lalu menatap dingin
sedingin masa lalu yang bungkam
baju putihnya lusuh oleh coreng moreng sejarah,
menggapai-gapai, tertiup angin yang keluar dari
sela-sela bilik rumahnya yang reot
wajah waktu yang silam itu begitu ku kenal, namun
ia berkata-kata dengan bahasa yang asing tak kumengerti, peringatan!
"awas setan gentayangan!"
ia duduk dikursi kayu yang sama tua dengan kesilamannya
gurat pada kayu itu adalah kisah hidupnya,
ia gendong bayi merah, begitu murni bercahaya
diantara potongan tangan dan potongan-potongan jari yang berserakan
bayi dipangkuannya tidur nyenyak seperti malam yang hitam
terbuai nina bobo ayunan tangan seolah tak dapat tersentuh apapun
udara gersang membalut dan merasuk kesetiap lubang paru-paru
matahari merah, matanya nyalang menusuk jantung
mengeringkan nyali dan sisa-sisa keyakinan,
"akankah nyawaku akan selamat?"
aku terbenam dalam lautan ngeri tak bertepi
aku tak tahu apa sebabnya begitu
ku rapal doa yang seketika lari tunggang langgang
bagai kuda liar menolak terkekang
meninggalkan roh tak bertubuh, milikku
"dimana tuhan, dimana jalan keluar, dimana aku?"
Friday, October 9, 2009
aku adalah kembang api
kembang api
bakarlah
dan jangan sepi lagi
menarilah
meski aku tak memberimu janji
kau adalah korek api,
bunga-bunga api terbit dari senyummu
Wednesday, October 7, 2009
hujan
ia lelah dan dingin
bermain angin
ibunda setia menanti
anak-anaknya
pulang
kepangkuan
perapian angan
ketika hujan kembali pulang
kepangkuan ibu
senja itu,
saat kita bermain-main dengan
hati masing-masing
di depan perapian yang hangat terbakar
berdiang juga
sunyi yang berunggunan,
di perapian
menanti tetes hujan terakhir
yang pulang senja itu
kita lamun dalam detak
dalam detik
Monday, October 5, 2009
antara
kulumat bibirmu yang remaja, disitu
tersimpan seribu misteri
kehangatan hatimu
O, hatiku yang sibuk
sejak tadi ia tak tenang
ia sibuk berlari
kesana kemari
khayalan tentang sepotong coklat
luluh dalam bayang-bayang
mimpi yang jadi coklat
dua buah nafas dan
senyum manismu, dan
coklat di sudut bibirmu
izinkan aku...
Friday, October 2, 2009
PENGUMUMAN: DICARI
KEMARIN IKUT PEMILU
HINGGA SAAT INI MENGHILANG
(MUNGKIN) TERKUBUR PUING-PUING
GEMPA DI SUMATERA
BAGI YANG MENEMUKAN
HARAP LAPOR KE POSKO GEMPA TERDEKAT
AGAR RAKYAT TIDAK MERASA
DIBOHONGI
dimana?
hey datuk!
dimana partai yang kau coblos
waktu tempo hari pemilu
guncangkah karena gempamu?
Wednesday, September 30, 2009
Tuesday, September 29, 2009
aku punya mimpi
di matamu
teduh luruhku
menggapai-gapai
kemerdekaan di sudutnya
malam yang melelahkan
sudahlah,
aku punya mimpi lain
ku simpan jauh-jauh di dalam
jantungku yang koyak setengah
tapi aku masih punya mimpi
Friday, September 25, 2009
Thursday, September 24, 2009
selamat lebaran Jakarta!
dalam hening gedung-gedung tinggi, yang
menancapkan sunyi seolah mati
sejenak termenung, dalam
pesta kembang api dan gema kemenangan
menanti kabar dari kampung
berapa lagi sanggup kau tampung?
Thursday, September 10, 2009
pernahkah kita saling cinta?
ketika malam-malam yang kita lalui begitu sepi dan
keluh kesahmu meramaikannya, dan
kepalaku terbakar birahi menjilati sekujur tubuhku
apakah itu ciuman perpisahan atau awal perjumpaan,
apakah ciuman itu? ah, tak pernah terpikirkan
karena ciuman itu lebih penting
dalam setiap pelukan dan
tubuhmu hangat membungkus nafasku
aku pernah kehilanganmu dan
kecupan-kecupan itu tiba-tiba kurindukan
Wednesday, September 9, 2009
kopi hitam
adalah sejarah panjang penjajahan
butir-butir bijimu, keringat
yang tumpah di tiap jengkal ladang di sumatera
secangkir sarimu adalah buruh tani
yang mengharumkan negeri hingga pelosok bumi
lalu ampas tinggal jadi bekas
Monday, September 7, 2009
hilang
tak lagi kuingat penuh
semakin jauh,
waktu menggeretnya kelubang hitam
satu
satu
kaos bergambar wajah Yesus
aku pulang
pinjam wajahMu ya
agar Ia tak lupa
padaku
sebab
sudah lama
aku tak pulang
Wednesday, September 2, 2009
Indonesia tanah tumpah darah dan negeri tanpa wajah
kami rebut dari penjajah
pemuda pemudi bersumpah
satu di ribaan bendera kami yang gagah
itu tanah, itu air Indonesia Raya
tanah dan airmu adalah hadiah
sebagai negeri boneka yang terjajah
jangankan darah, keringatmu pun tak tumpah
tak ada belulang tak ada darah yang memerah
negerimu hambar tanpa lembar sejarah
jakarta
terbangun dari seribu sepi
dari lamunan
berjuta mimpi dan nyeri
gedung-gedung menjulang sepi
pejalan kaki yang sepi
penumpang bis yang sepi
pengendara yang sepi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
para pekerja yang sepi
pengamen dan gembel yang sepi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
aku menuai sepi
ah, sungguh ramai sepi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
begitu bising!
seperti adanya
berdiri dengan susah payah
di sisimu,
dengan cinta dan air mata yang
mengaliri sungai sunyi di hatiku
tak seperti malaikat yang akan memelukmu
dengan sayap-sayapnya yang rindang
aku adalah karna, terlahir hina, yang
berusaha tegak diantara kenyataan dan sumpah setia,
yang tegar berjalan di jalan panah,
airmata kusimpan jauh di lubuk maha dalam
hanya jiwa rela terbuang
relakah kau melangkah?
Friday, August 28, 2009
Thursday, August 27, 2009
Monday, August 24, 2009
Friday, August 21, 2009
usia muda
pinggul yang remaja,
bibir harum
dada yang ranum, merasuki
rambut-rambut hitam yang muda
terurai tak dapat ditolak
tersesat!
ada mimpi di ujung pinggang
belum juga ia renggut
dada masih saja ribut
detaknya bertengkar dengan detik:
"tunggu aku keparat!
biar ku cumbu waktu sekali lagi".
Wednesday, August 19, 2009
Tuesday, August 18, 2009
takdir dan kemerdekaan
pembebasan karna
atas konspirasi para dewa
:apakah itu merdeka
atau takdir belaka?
Friday, August 7, 2009
Wednesday, August 5, 2009
binatang bukan?
memang itu makanannya
kalau kau memburu kursi kekuasaan
binatang apakah engkau heh?!
POLITISI TAIK KUCING!
PELACUR-PELACUR KELAS TINGGI
:HIDUP BUKAN CUMA SOAL NASI BUNG!
Tuesday, August 4, 2009
hayo, siapa berhak?!
asalnya mungkin dari korupsi sana sini
dimana-mana 'ngumbar janji basi
nafsu berkuasa bertopeng demokrasi
dana asing alias uang kapitalis
dipakai untuk 'nipu rakyat
dimana-mana 'nebar janji manis
kekayaan negeri jadi tumbal,
rakyat tetap melarat
tentang dana asing
asalnya dari luar negeri
agak misterius
dan tak di bagi-bagi
yang tak kebagian teriak-teriak:
tolak!
doa untukmu
kisahnya itu-itu saja
:ku ulang, ulang dan ulang lagi
semoga hati tak lekang
maaf, tapi bukan itu
apa arti airmatamu
bukan aku selalu mampu
tapi airmata bukan jalanku
bukan juga aku malaikat
tapi terkadang memang harus nekat
bukan sesal yang kumau
setiap kali mataku
mengusap airmatamu
Monday, August 3, 2009
malam terang bulan
malam sepi yang damai
jalan-jalan yang kosong
rumput-rumput di pinggir jalan
tumbuh begitu saja
tertiup angin sesekali
aspal hitam, dan
lampu-lampu yang cemburu
cemberut di atas para peronda
yang api unggunnya hampir mati
bulan sungguh terang
malam begitu sepi
jalan-jalan kosong
rumput-rumput yang sesekali bergoyang
aspal hitam dan lampu-lampu yang cemburu
para peronda yang main kartu
yang api unggunnya hampir mati
langkah kakiku tak tentu arah
dan bulan di atas kepala
jadi satu
Tuesday, July 28, 2009
Friday, July 24, 2009
rindu puisi
sebagai hadiah yang sudah bertahun-tahun ia simpan
tanda mata dari kota, tempat dimana ia berkelana
dengan mantap ia pulang kerumah dengan membawa puisi
di tas ransel yang dulu dibelikan ibu untuk ia sekolah
sesampainya di rumah segera ia buka tasnya
tak sabar hendak memamerkan puisi kepada ibunya
tapi, sekarang puisi tak ditemukan
puisi yang nakal melarikan diri entah kemana
sebelum sempat ia mengetahuinya
lama ia mencari, ternyata puisi sembunyi di ujung senja
perlahan ia dekati puisi dan memegang pundaknya
lalu ia bertanya kepada puisi,"mengapa kau lari?"
puisi diam saja, ia ingat rumah dan ibunya
yang lama tak ia kunjungi
Thursday, July 23, 2009
tentang gerimis
tukang kebun menyiram bunga-bunganya ditaman
: aku adalah rumput liar diantara batang
menunggu pagi
segala luka jadilah deru
menanti dengan sabar
sampai akhirnya tercabar
seribu kunang
mengirim bayang
jingkrak kuda binal
meringkik nakal
menari dan menari
entah kemana hati mencari
tak kuasa diri menipu jiwa
di jantung hati mahaduka bertahta
Tuesday, July 21, 2009
tentang rindu
bersandar
di hangat dadamu
ranum!
di situ ku kenang
masa kanak dulu
ketika di pangku ibu
aku rindu
tenggelam
di hangat tubuhmu
harum!
di situ kutemui
pejalan malam
yang selalu sunyi
aku rindu
kecup kenyal bibirmu
yang menolak tunduk
di situ aku pengembara asing
yang tak dapat berpaling
tentang malam
diatas takdir mencibir
biar saja malam berlalu
kau tetap dewiku
kalau pagi terlewat
bilang saja:
"sorry bro, aku mabuk semalaman,
tak sempat menyambut hangatmu"
biar siang menikam dengan teriknya
simpan panasnya untuk nanti malam
biar tetap hangat airmata
saat kita memeluk tubuh duka
Wednesday, July 15, 2009
endapan
seperti ampas kopi yang khawatir
mengendap di dasar cangkir
menanti dengan tak nyaman
tentang hidup
ia muncul, belajar mewarnai tangkai
seperti mimpi yang terus berlari
mencari rumah untuk pulang
betapa waktu pandai bermain petak umpet,
"siapa tahu tempatnya bersembunyi?",
"biar hari ini ku robek jantungnya!"
seperti dering telepon di tengah malam
mengejutkan bulan yang tidur pulas di balik jendela
"mengapa kau tak kirim sms saja?"
seperti chairil yang menghantui kata-kata
"sekali berarti, sudah itu mati"
kaukah api yang menghasut jiwa-jiwa sepi,
yang kemarin merampok sarang puisi?
Tuesday, July 14, 2009
tentang kata
ia lahir sebagai puisi
puisi yang lahir
adalah kata-kata yang cacat
dari yang tak terucap
secangkir puisi
di pagi hari
nikmat diminum
selagi hangat
secangkir puisi
saat siang hari
di atas meja kerja
legakan rongga dada
secangkir puisi
saat senja hampir pergi
nikmatnya tak hilang
menjaga senja tetap terang
Monday, July 13, 2009
cinta remaja
kadang terasa ngilu
serupa bulu-bulu di pundakmu
diterpa angin lalu
Friday, July 10, 2009
sajak remang
kita pun remang sejak dulu
mengapa remang tak terang saja
agar bebas telanjang di dada
bosan sudah gamang
biar ia datang
laksana laju air bah
memacu deru kemana entah
cinta sayang ini meluka
adakah ia berkata
biar sajak mengelepar
ditubuhmu yang pendar
dengan tulus
menggangu, mengusik
dalam kedamaian tenang jiwa
"seperti hantu", katanya
seperti anjing liar
masuk kebun belakang rumah
merusak segala yang ditanam
didadanya angkara
duka di yang lainnya
biarlah biarlah,
ku bangun kembali istana
di atas pasir di hatimu
entah untuk yang keberapa kali
tahulah aku, tak ada sesal kini
menuai janji
bulan terjepit awan setengah
aku berjalan membelah sepi yang mengangkang
saat itu arwah mimpi sedang asyik terbang
lalu tiba-tiba:"hei anak muda, mau kemana?",
sapa angin yang setengah berlari
lalu ku jawab," aku pergi menuai janji"
yang ku tanam di dadanya yang luka
yang tersisa
malam sepi itu tetap ada
jam dinding, lantai kayu, tembok kamar
menanti dengan sabar
sunyi sunyi sunyi
betapa waktu tak berarti
sepasang mata berharap
dua pasang mendekap
langit tak pernah coba kau raih
hanya lorong kecil ditelusur
sandiwara sandiwara memerih
berharap mimpi ini tak tidur
Thursday, July 9, 2009
yang tersimpan
tertindas tanpa teriak
kenangan itu satu
tak dapat kuserahkan
pada masa lalu
Tuesday, July 7, 2009
tentang pemilu dari kolong underpass
tanda kampanye di gelar
gegap gempita
kirab kebyar-kebyar
ada angkot, bis kota, motor juga
nasi bungkus, bendera, kaos gambar muka
semua lewat di atas kepala
bukan atap saja bergetar
hati kami juga
ada kecewa, sedih, marah juga harap
getarnya sampai juga pada nasib kami
yang kusam oleh debu jalan
Wednesday, July 1, 2009
dejavu
pendidikan gratis
pengangguran kita kikis
sembako murah
harga BBM turun drastis
hukum kita tegakkan
koruptor diberantas habis
sebentar ya,..
kok rasanya pernah denger ya?!
ah,
kapan ya?!
aku masih di sini
di tepi jalan-jalan kota besar
menanti pembeli
sebentar-sebentar dipungli
tuan di sana umbar janji
kelak ingkar lagi
ya, aku masih di sini
tetap di sini sampai nanti
di sana tuan umbar janji
katanya lagi; "rakyat kurang gizi!"
Monday, June 29, 2009
sepi
tak(kan) lagi melihatmu
dan rindu menghempaskan semua
kenangan dan masa lalu
tepat di dadaku
ayo, siapa mau?
lapar kuasa
perut-perut rakyat jelata
jadi umpannya
siapa mau kenyang?
pilihlah saya
siapa mau sejahtera?
pilih saya
pendidikan gratis?
pilih saya
harga BBM turun?
karena saya
pemerintah lambat!
maka pilihlah saya
penuntasan pelanggaran ham?
tentu pilih saya, saya kan tidak terlibat!
mulut-mulut penguasa
cari kuasa
perut-perut rakyat jelata
jadi umpannya
demokrasi ubi
janji manis meruah bagai bandang
cuci gudang!
kampanye otak udang
rakyat di angin-angin
pakai angin surga yang sejuk dingin
terlalu lama diangin
rakyat masuk angin
penguasa kentut dengan nyaring
ada juga yang pamer taring
demokrasi ubi,
cuma jadi kentut
rakyat jelata
tetap melata
Friday, June 26, 2009
Indonesia hari ini
akankah lupa sejarah dulu
yang mati diterjang peluru
yang dihilangkan hingga kini
indonesia berdemokrasi
satu saja yang tak terjanji
pelanggar ham di ADILI!
alih-alih jadi pemimpin negeri
indonesia hari ini
buka matamu
buka hatimu
usiklah kau punya nyali
untuk bilang tidak
untuk demokrasi yang koyak
indonesia hari ini
jangan lagi makan janji
ilusi kuno para penguasa
agar kita lupa pada luka
kerdil
terperas hatimu kecil, yang
tak sempat tumbuh besar
mekar dalam genggaman
Thursday, June 25, 2009
senja mendung di kurusetra
hari ketujuh belas barathayuda
satu lagi gugur di jalan panah
ksatria karna putra sang surya
tumbal sebuah konspirasi sang kresna
jadi pahlawan demi tumpasnya angkara
Wednesday, June 24, 2009
sang adipati
ia mati oleh panah di medan laga
maju perang membela angkara,
namun ia tetap ksatria tahu yang ia bela adalah salah,
kesetiaannya bagai karang dan keberaniannya sejati
ambil sikap beradu sakti
ia tak takut mati
pada jasadnya turun melati
pertanda hatinya putih dan suci
setia dan berani bersikap itulah ksatria
bukan hanya janji yang menjadikannya
kerut di dahimu
memutar waktu lebih cepat pada rautnya, lalu
meremas-remas jantungmu
hingga udara tak lagi leluasa
airmatamu adalah budak belian
tak mampu lagi menggendong luka,
ia rampas mimpi-mimpi dalam tidurmu
dan malam pun tak pernah berani menatap pagi
bau kematian tercium
dari tiap hembusan nafasmu
disetiap langkah kau tancapkan
duri ditelapak kaki
juga dalam hatimu
Tuesday, June 23, 2009
kubur
dari semua asal
buruk baik
tertanam apik
yang di buat
dan tidak dibuat
terkenang kuat
setiap peristiwa
segala tiada
sesal terbawa
juga tawa
tinggal sunyi
pada kamboja
rumput liar, ilalang menari
waktu menghapus duka
Monday, June 22, 2009
melodrama
petaka duka diatas duka
tenaga kerja wanita
di negeri boneka jadi babu
dinegeri sendiri angin lalu
kalau mano itu berbeda
wajah cantik penuh 'caya
seyum manisnya tersipu
kalau yang namanya iyem itu babu
peras keringat di negeri boneka
pulang kampung dengan luka-luka
di pintu tiga masih ditipu
kalau mano banyak pengacaranya
pulang ke tanah air bak puteri
iyem banyak boroknya
pulang ke kampung gigit jari
Friday, June 19, 2009
perpisahan
kau taburkan bunga pada kenangan
ku maknai saja rindu pada sunyi
biar usai kau jejaki keraguan
Thursday, June 18, 2009
selamat jalan senja
di dada masing-masing yang penuh kata tak terucap
kitapun berpisah
setelah waktu akhirnya mengakhiri segala tanya
dan segala kerinduan tentangmu perlahan terjawab
kita pun berpisah
setelah semua peluk dan cium yang ku kirim padamu
selalu kau sambut dengan hangat di hati
kita pun berpisah
setelah ucapan perpisahan mengantar kita
pada tepian mimpi-mimpi yang dulu kita kejar
kita pun berpisah
Wednesday, June 17, 2009
berapa jauh
untuk menjauhkan hatiku dari mu?
sejauh jarak perjalanan nafas
Tuesday, June 16, 2009
sabar saja
kita harus mendengar kata "RAKYAT"
di lacurkan?!
sabarlah
sebentar lagi pemilu selesai
Monday, June 15, 2009
tidak ada RAKYAT kecil
tak ada RAKYAT kecil
ada pun
RAKYAT
yang dikecilkan
agar yang lain
jadi terlihat
besar
jika sudah merasa besar
baru bisa berkoar-koar
seolah-oleh membela RAKYAT
mengeksploitasi RAKYAT
yang tadi dikecilkan
pertanyaannya adalah:
mengapa dikecilkan?
karena supaya tidak menggangu
tetangga sebelah
bingung..?
sukurlah!
Thursday, June 11, 2009
sajak LUDAH
kuludahi kata BANGSA dari alat ucapmu
kuludahi kata MAKMUR hasil karya tuturmu
lalu kuludahi hatimu yang penuh tipu muslihat
sebab engkau tak lebih berharga dari air ludahku!
Oleh: Tuluswijanarko
Wednesday, June 10, 2009
hujan deras
segera tiba di tempatku
lewat pesan singkat telepon gengammu
"hati-hati pulang nanti,
diluar hujan deras sekali"
begitu ku baca pesanmu
seperti rinduku padamu
yang tiba-tiba deras turun sore itu
Friday, June 5, 2009
biar sudah
buta matamu silau akan indah dunia
berapa banyak jadi punyamu?
sayapmu tak sanggup membelah angkasa
biar sudah kaki tertanam kuat pada bumi
bukankah semua tak sempurna?
perlahan-lahan
isyaratkan kenangan yang kelam tertimbun waktu
tak ada lagi rindu yang mengebu-gebu
bayang-bayang wajahmu terbang dan menghilang
seperti uap kopi yang melayang ke udara
meninggalkan permukaannya yang hitam
hangatnya menghilang pada udara pagi yang dingin
hingga tersisa hanya manis catatan-catatan perjalanan
yang ku minum perlahan-lahan dan akhirnya tandas
meski sudah tak lagi hangat namun nikmatnya ku kecap
Wednesday, May 27, 2009
jahanam
bergelimang darah dan airmata
kini bung hendak jadi penguasa
sejarah hendak juga kau bungkam
Thursday, May 14, 2009
meja
berat ringan dibagi rata
ramai dan sepi dilalui bersama
sungguh setia itu begitu sahaja
Wednesday, May 13, 2009
Thursday, May 7, 2009
Tuesday, May 5, 2009
tentang mimpi hari ini, berita dan masa lalu di negeri merah
atau berita artis kawin cerai
kemarin ada berita pejabat dan anggota dewan
ramai-ramai diadili karena korupsi
hari ini tivi penuh sesak
oleh partai yang berdesak-desakan
rebutan kursi dewan dan mencalonkan presidennya
tak ada yang salah dengan itu
semua tampak baik-baik saja
di televisi, di jalan-jalan dan tembok kota
penuh gairah tapi sarat nafsu berkuasa
aku bosan nonton tivi, lalu tertidur dan bermimpi
mimpiku tentang negeri berwarna merah
api dan airmata menguasai udaranya
kota-kotanya adalah wajah angkara
hukum di negeri ini adalah parang dan peluru
negeri ini berwarna merah
konon jaman dahulu kala
ada banyak darah tertumpah
begitu banyak hingga tanahnya berwarna merah
pohon-pohon berwarna merah
air berubah jadi merah
orang-orang berwarna merah
demikianlah semua berubah jadi merah
awalnya begini;
penguasa negeri ini adalah seekor kera
bertangan besi dan pandai menipu
ditipunya waktu agar mau menuruti kata-katanya
agar negeri ini abadi agar tetap jadi mimpi
yang menghiasi tidur malamku
ia juga menguasai empat unsur alam
darat laut dan udara juga berita
di negeri ini tak banyak berita yang masuk tivi
tak ada berita artis kawin cerai apalagi pejabat korupsi
rakyatnya hidup tertib dibawah todongan senapan
kera bartangan besi gemar mandi darah dan airmata
hingga suatu waktu angin perubahan bertiup kencang
menampar wajah-wajah lesu yang tanpa nyawa
angin ini membawa percikan api dendam kesumat
yang segera membakar dada kering yang tinggal tulang,
mulut-mulut yang dibungkam, yang lelah, yang penat,
yang bosan, yang marah, yang berdarah
lalu terbakarlah segala luka dan airmata
rakyatnya pesta api!
aku meloncat terbangun dari mimpi
mimpi tadi ikut loncat dari sofa tempatku bermimpi
kini ia tak lagi jadi mimpi
ia terlempar ke masa lalu
dimana waktu menyimpannya begitu lama
agar orang-orang yang nonton tivi lupa
bahwa ia juga pernah jadi berita
mei (1998)
kau bungkam
diantara
keramaian pesta
hari ini
waktu
menyimpanmu
rapat-rapat
pesta hari ini begitu ramai
warna warni balon di udara
mengganti langitmu
yang dulu hitam oleh asap
ban-ban mobil yang hangus terbakar
tembok-tembok kota sudah ditata
tak ada lagi teriakan kecewa
di jalanan penuh foto dan gambar iklan
pepesan kosong memang, tapi
tak ada lagi mayat-mayat orang lapar
yang mati terbakar
pesta hari ini adalah pesta angin
bukan pesta pora api seperti dulu
yang menyantap perut-perut orang lapar
di mal-mal dan di toko-toko
mei, kali ini kau tak ikut pesta
tak sanggup lupa pada luka
yang kini tak lagi jadi berita
Tuesday, April 28, 2009
jika demikian maka biarlah
jika dusta dan serakah jadi menu
yang harus kami kunyah setiap hari, sementara
kolong-kolong jembatan dari dulu hingga sekarang
tak pernah sepi penghuni
kau biarkan saja gembel-gembel dan anak jalanan
mengunyah malam demi malam ditiap persimpangan
lampu merah kotamu
pinggiran kali kumuh yang airnya sudah lama berhenti mengalir
baunya sanggup merusak semua mimpi dan impian anak-anakmu
tak pernah kehilangan pesonanya
masih saja memberi mimpi bagi orang-orang kampung
yang rela menjual sawah dan kerbau sumber penghidupan
demi gemerlap kehidupan kotamu yang mereka lihat di televisi balai warga
dan kau masih berkoar-koar mengirimkan undangan kematian kepenjuru negeri
ya, kau bung!
kau pikir ini negeri punya bapakmu!
jadi kau bisa bagi-bagi warisan dengan keluargamu setelah bapakmu mati
dan kami adalah peminta-minta di depan pintu rumah mewahmu
dan kami adalah pencuri yang mengintai dapur dan kamarmu
dan kami adalah tikus-tikus di bawah lantai rumah yang berharap remah roti
jatuh dari meja makanmu
jika demikian kau berpikir
bagaimana lagi kami harus melihatmu
jika demikian, maka bersiap-siaplah!
demi mimpi-mimpimu yang memakan mimpi-mimpi kami
demi rumah mewahmu yang berhalaman luas dan berpagar tinggi
yang tak mampu kami kunjungi untuk melihat bagaimana keadaanmu,
"baik-baik sajakah kau" atau temboknya sudah menelanmu mentah-mentah
demi mobil mewahmu yang bikin marah disetiap kemacetan jam pulang kantor
dan suara sirene pengawalmu tak henti-hentinya mengusir kami pembayar pajak negeri ini
demi pelacur-pelacurmu yang adalah teman atau saudara kami
yang kau lempar ke klab-klab malam dan pinggir-pinggir jalan
setelah mimpi bapak ibunya kau tipu digemerlap lampu kotamu
demi segala yang kau cintai yang belum tentu kami perduli
karena demi,
luka-luka kami
anak-anak kami
saudara dan sanak kami
impian kami
tanah dan air kami
demi kemerdekaan dan kedaulatan
dengan tidak mengurangi rasa percaya atas diri sendiri
dan meninggalkan segala bentuk pemberhalaan
dengan bangga dan busung dada, kami angkat bicara :
"kami tidak akan pernah lagi mempercayaimu!"
Monday, April 27, 2009
mengingatmu
saat tiba musim bunga
serupa asap dupa
mengaliri udara
mendiami
mimpi-mimpi
serupa malam
diam
tak mau pergi
Thursday, April 23, 2009
Tuesday, April 21, 2009
solilokui- (puisinya Saut Situmorang, Dahsyat!)
makna macam apa yang
bisa didapat dari hitam aspal jalan jam 12 siang?
bungkus rokok dan taik anjing
di trotoar bicara soal duit dan nasi
yang mesti dimiliki setiap hari.
di negeri kaya tapi miskin begini
jutaan bungkus rokok dan taik anjing
tercecer di trotoar jalan kota kota
cuma jadi jutaan bungkus rokok dan taik anjing.
sinis, katamu menanggapiku.
tak ada yang mengejek siapapun di sini.
soalnya cuma ---
mungkinkah menulis puisi
dari hitam aspal jalan jam 12 siang?
asap kotor sehitam pantat kuali
tergantung antara langit dan bumi
kentut busuk knalpot knalpot keparat
yang hiruk pikuk di sekitarmu.
siapa yang minta anugrah mewah ini!
debu beracun mengejarmu sepanjang hari
dan malam datang
membawa nyamuk nyamuk bangsat
yang sanggup mengantarmu ke liang lahat!
puisi? Bagaimana kau bisa
menulis puisi tanpa bicara tentang semua ini!
bulan hanya indah
kalau lagi purnama
dan dilihat dari belakang kaca jendela rumah!
di luar mungkin ada maling
yang sembunyi di balik tanaman mawar binimu
menunggu dengan belati setajam lapar seminggu.
atau seekor ular berbisa
melata di rumput dekat jendela
tergoda burung hias mahal dalam sangkar
yang kau gantung di ruang tamu.
maling dan ular lapar pun
pantas kau masukkan dalam puisimu.
pengemis itu jelek
jorok dan bau. teteknya berkurap
berpanu
tapi putingnya memancarkan
air susu
sehat bagi puisimu.
tak perlu kau malu
jadi anak ibu itu.
dan anak anak bawah umur
yang berkeliaran kayak setan
di antara sedan sedan di persimpangan jalan
berteriak teriak menjual majalah dan koran
atau berkerumun di depan restauran
berlomba siapa lebih dulu menyemir sepatumu
demi satu dua lembar rupiah lusuh
menyikut sekeping nurani
yang tercecer antara nasi goreng dan
kentucky fried chicken
di meja di depan mata
di ujung air ludah
30 centimeter dari baju pacarmu
yang terbuka dadanya
anak anak setan itu
adalah dupa dupa wangi
yang kau perlu untuk membuat suci
altar keramat zikir baris baris puisimu.
bangsat, kau menguap sekarang!
aku tidak terlalu akademis bagimu!
aku tidak terlalu stylist
atau postmodernist
buat kantong seleramu yang borjuis!
the fetishism of taste!
di negeri ini aku lahir
karena cinta
tambah birahi menyala nyala.
waktu kecil aku mandi hujan
main becek main layangan nyemplung di paret depan rumah
cari ikan sebesar jari tangan
dan waktu mandi di sungai berair kuning
gatal dan bersampah
kawanku menangkap seonggok taik yang mengapung
dan melemparkannya ke arahku!
aku merunduk
menyelam ke dasar sungai, hehehe…
aku anak negeri ini
aku makan duduk di tikar di lantai
pakai tangan tak kenal sendok garpu
sampai sekarang tak malu aku makan begitu
walau sudah bertahun di negeri steak dan sandwich merantau.
menguaplah kau terus.
kalau perlu improvisasi dengan kentutmu
biar lebih seru.
pernah kau berpikir
kenapa tentara dan alim ulama
begitu berkuasa di negerimu?
Indonesia adalah republik pistol dan kitab suci!
kenapa kau tidak jadi jendral atau kiai saja
ketimbang memilih cuma jadi penyair
yang cari sesen duitpun tak sanggup mikir!
pernah kau bayangkan
jangan jangan binimu pun sudah mulai yakin
jendral dan kiai jauh lebih meyakinkan
nulis puisi daripada kau sendiri!
sialan!
rembulan dan anggur merah
tak mampu lagi memperkuat cinta
apalagi memperindah rumah tangga.
aku penyair negeri ini
menulis pakai bahasa negeri ini
sudah waktunya bicara soal negeri ini.
haiyaaa…
1999
saut situmorangbiarkan saja
agar jiwaku kau lihat juga
seperti wajahmu yang merona
saat kita dulu berjumpa
seperti kemarin juga hari ini
biarkan saja aku menjadi
berharap yang kutanam pohon abadi
suatu hari nanti pucuknya mengenggam matahari
biarkan aku memelukmu
agar semua luka didadamu
semua duka di dadaku
jadi satu
Friday, April 17, 2009
Wednesday, April 15, 2009
sepanjang perjalanan
dari setiap ketakutan dan ngeri,
dari luka dan nestapa dari dosa
aku beribu bentuk tak satu pun diingini
sepi jadi bayang-bayang mengintai
seperti mati
lorong-lorongku sunyi di rongga dada
ada neraka di jantungku,
gemetar karena gelisahku memamah
berjalanku sendiri menuju kesilaman waktu
deret pohon adalah romansa dalam bisu
berbaris rapi menghibur sudut mata yang lelah
entah, ku rasa ada damai di bawah dahannya
beberapa supir angkot menggantung mimpi di rerantingnya
menjaganya sambil rebah diatas tikar anyam usang yang
sudah sedikit hitam jeraminya
aspal jalan pun tak lagi medan pertempuran yang garang
semua lelap, senyap
aku adalah topeng yang iri ketika
kucuri bisik-bisik gembel dan pemulung yang
asyik ngobrol di samping gerobaknya
menunggu pagi sambil makan angin, makan angan
gratis! sampai kenyang
trotoar jalan kita punya, tak usah risau tentang apapun itu
aku adalah topeng retak
yang kuat-kuat sembunyi dan bertahan
dari hantaman waktu dan perjalanan yang
tak tahu kapan usai
aku adalah topeng
topeng adalah aku
dalam bayang-bayang
masa lalu, yang
mengirim cemas
pada hari esok
Monday, April 13, 2009
kemarin kau menangis
dengan tangis
lalu kau sambut pula
dengan tangis
bedanya hanya rindu; dan
kesal
Wednesday, April 1, 2009
kepada semeru
menginginkanmu adalah siksa
mimpi sudah kularung
tinggal tunggu waktu menjemput
jika tak hari ini menjadi
hari nanti sudah tentu
kepada penyair
aku pergi mendaki
menapak ke tanah yang tinggi
semoga kau tak sepi
kalau kau bosan bacalah jejak kemarin
lalu hitunglah gurat kerut kening
beberapa waktu yang lalu begitu mesra
mengukir kerut lengkung di garis mata
kau adalah kenangan yang mengantarku pergi
jadilah hari ini kau kenang esok hari
Tuesday, March 31, 2009
Friday, March 27, 2009
Wednesday, March 25, 2009
kabari aku
kutitip kangen yang ramai riuh
karena kamarku jadi penuh sesak dan berisik,
aku jadi nggak bisa tidur diganggunya
"jika nanti sudah sampai, tolong sms ya,
kabari bahwa ia kau terima dengan baik"
"jika tak kuat lagi kau menanggungnya,
titipkan saja lagi kepada malam"
yang akan mengantarnya kembali padaku
Tuesday, March 24, 2009
musim kawin
awan dan hujan berlalu bersama musimnya
pancaroba di tanah negeri
mendung mengintai bak pencuri
duka tak bertuan sembunyi dibalik warna warni cuaca
tipu muslihat adalah wabah yang terbawa angin
panggung pesta dibangun dengan dusta
undangan keempat penjuru dikumandangkan
penanda sebentar lagi musim kawin tiba
ular dan musang saling pagut
sambil diam-diam menghitung jembut
sebagai mahar juga kuda-kuda
kalau nanti waktu melamar tiba
Monday, March 23, 2009
laba-laba
kutulis sebait puisi
tentang laba-laba merajut sarang
menyambung utas demi utas helai nafas
yang kadang terputus oleh nasib
tak bosan tak lelah meski sesekali putus lagi
ulang lagi, rajut lagi
siapa tahu menangkap mimpi hari ini
Tuesday, March 17, 2009
Monday, March 16, 2009
aku adalah malam
kau jagalah sepenuh sesak kelam masa lalu kita, sementara itu
aku kembali kelangit melawan segala perih serupa kabut
merapikan kembali gugus bintang-bintang ditepian harapan
menggedor gerbang surga dan pengampunan
aku adalah malam, rembulanku tidur dipangkuanmu
Tuesday, March 10, 2009
pendosa
dalam seribu
bayang-bayang
wajah serupa hantu
wajahnya sendiri
bergentayangan
meludahi masa lalu
kemarin
adalah liang kubur
yang di gali
dengan birahi
besok
mampus kau dimakan api!
Wednesday, March 4, 2009
belajar sepeda (pulang kerumah)
rodanya dua warnanya biru tua
tentunya dengan model terbaru masa kini
ayah bilang itu hadiah
"karena aku menyayangimu"
"sepeda balap, khusus kupesan untukmu", ucapnya bahagia
dengan gembira aku mulai belajar
menaiki sepeda yang biru tua itu
warna birunya berkilauan ketika matahari menyentuh tubuhnya
dua rodanya yang liar berbelok ke kiri ke kanan
terus kupacu si biru meski berkali-kali terjatuh
maklumlah sepedaku ini jenis sepeda balap yang sulit dikendalikan
hari hampir senja saat aku rsadar aku telah jauh dari rumah
ayahpun tak lagi kulihat disekitarku
sambil mengingat-ingat jatuh demi jatuh yang tadi ku alami
ku perhatikan disekujur tubuhku banyak luka-luka kecil
yang dari tadi tak kurasakan karena asyik menaklukkan si biru itu
darah mulai keluar dari luka-luka itu, perih!
aku mulai menangis dan memanggil-manggil ayah,
"ayah, dimana kau, mengapa kau biarkan aku sendiri?"
dengan langkah gontai kuseret sepedaku, berjalan pulang
di depan rumah, ayah sudah dari tadi menungguku, tersenyum-senyum ia bertanya,
"bagaimana sepedanya, asyik bukan?!
"sepeda itu dirancang khusus untukmu, tak ada duanya didunia ini nak"
kuikuti ayah yang menggandengku masuk ke rumah,
si biruku parkir manis di tembok rumah kami
"mari ku rawat luka-lukamu, agar besok kau belajar menaklukkannya lagi".
seketika aku lupa bahwa tadi aku mencari-carinya,
tak sabar aku menanti matahari terbit lagi besok pagi.
" kan ku taklukkan lagi sepeda ini", pikirku
sementara ayah sibuk merawat luka-lukaku
Monday, March 2, 2009
akulah abu
demi garang darah Kristus yang mengalir di gunung tandus
demi penebusan demi gerbang Petrus
akulah abu yang kau salibkan
bersama-sama dengan dia
yang terusir dari eden
menderita dan berdosa
demi penantian akan janji setia
akulah abu yang genap diurapi
oleh tubuh dan darah sang putera
Friday, February 13, 2009
mengigau karena demam pemilu
yang setelah selesai kampanye dan pemilu
masih tetap memikirkan...eh sebentar
prosesnya belum selesai, mari kita ulang
jadi begini,
ada berapa dari kalian yang setelah
selesai kampanye, lalu pemilu
lalu bagi-bagi kursi di pemerintahan
lalu bagi-bagi lahan dan kekuasaan
lalu
lalu
lalu
lalu
lalu lupa
terlalu banyak yang harus diingat dan dilakukan
selanjutnya adalah;
lalu masih memikirkan dan melakukan sesuatu untuk RAKYAT?
lalu kapan ada perubahan
lalu kapan majunya
lalu Pancasila?
lalu kapan arwah korban pelanggaran HAM
dapat keadilan sekalipun dalam kuburnya
lalu apa lagi
ah, sudah lalu itu
sudahlah
???
KITA BUKAN WONG CILIK!
adalah seruan
orang-orang
yang merasa dirinya
BESAR
wong cilik
adalah pembodohan RAKYAT
stigma yang dilekatkan
agar tetap dengan bodoh
mau dan bangga
jadi
wong cilik
AKU bukan wong cilik
AKU tidak mau jadi wong cilik
AKU adalah matahari yang panas membakar
AKUlah bintang dilangit dengan kerlip biru
AKUlah topan yang menerbangkan segala
AKUlah tanah yang dingin dan diam
AKUlah gelombang pada samudera
AKUlah bola dunia yang terus berputar
AKUlah RAKYAT yang
BUKAN rakyat kecil
apalagi
wong cilik
AKU PEMILIK NEGERI INI
JANGAN PANGGIL AKU WONG CILIK!
begitulah akhirnya
jarak dan waktu
menghapusmu
hapus segala
tentangmu
mengendap
rindu sepi
mengenang
luka menggores
abadi, pada
jarak dan waktu
Thursday, February 12, 2009
namamu menitis embun
embun pagi
titis dingin malam;
malamku
terbang ditiup angin
susuri lorong;
lorong kenangan
seolah hendak melipat;
jarak, tak juga dekat
lubang hitam
menganga pekat
namamu adalah;
embun yang menguap
di daun telingaku
yang tak lagi;
mendengar
namamu terucap
namamu adalah udara malam
yang pergi dan kembali, membeku
pada dingin malam, agar
menitis embun pada pagi
Tuesday, February 10, 2009
berita kriminal
korbannya pohon-pohon
di kota-kota, di mana-mana
pelakunya masih dicari
gambar wajahnya menempel
pada tubuh korbannya
kenang gunung kenangan kami
kenangan abadi di jalanmu
jiwa-jiwa kami adalah rindu
tak usai hingga janji tunai
batu kokoh tegar abadi,
genit angin diujung tumitmu
pepohonan hijau setia
pada siang pada malam,
haus riap riak sungaimu
jiwa lelah kami tumpah
pada liukan lembahmu teduh
belantaramu kurindu
dinginmu kunanti,
malam berserak bintang,
terserak pula segala luka
hijau permadani alas ibu bumi
alas juga ikhlas kami
rindu hijau
rindu batu
rindu biru
rindu kami
satu masa nanti
kami kembali
mencari jiwa dan hati
yang rebah dipuncakmu
Monday, February 9, 2009
licin-licin jadi
you lickin' my nips
my nips
:licin-licin
kissin' - kissin'
i kissin' your lip
our lips
:licin-licin
"is that ok?", i said
"i'm ok", you fool
"no i'm not ok!"
if you stoppin'
lickin'-lickin'
gemerlap malam muram
tanpa malam
durjana gelar gelak tawa
dewi malam serah jiwa
milikmu ini malam
cahaya lampu tak temaram
hingar musik halau sepi
tubuh dewi laksana api
gelepar riuh liuk tubuh
goda genit detak bertaluh
ada acuh menari angkuh
bimbang hati isi membancuh
nikmat menikam iba
udara menebar tuba
darah mengalir vodka
sambut segala lena
angin pagi menampar
wajah serupa dewi tampak samar
mata nanar lukis memar
menyetubuh langit-langit kamar
Thursday, February 5, 2009
akulah yang merindukanmu
jadi batu diantara likaliku lekuk tubuhmu
mengecup garis lengkung punggungmu
adalah damai paling purba dari semua perjalanan
akulah yang terkapar dalam doa
menembangkan kidung syukur paling agung
pada ujung-ujung telinga kawahmu yang gemuruh
tunaikan janji pada puncak puting susumu
akulah yang mengenang dan merindukanmu
diantara belantara rimba beton gedung angkuh dingin
sekali lagi kuingat betapa gigil tubuhmu begitu hangat
terbakar binar matamu; api unggun kecil di lingkar para sahabat
sampai nanti kita bersua kembali
di tepian antara ranupane dan kaki mahameruku
harum tubuhmu, wewangi rumput liar selepas hujan sore
ditepian tanah lapang disisi bukit argopuro memerah
matamu, dalam dan teduh ranukumbolo tak terbayang
kabut tipis yang turun perlahan menjarakkan sudut pandang
pucuk-pucuk edelweiss mekar di mandalawangi
putih abadi mengenang riang tawamu yang bebas kelangit luas
ada rindu yang kutanam ditiap garis lengkung tubuhmu
membuat putus asa saat pendakian sebentar lagi berakhir
aku mencarimu dan terus mencari-cari
pada untaian daun dan butir bening embun terbakar matahari
ada doa dan harap pada tiap jejak kaki
agar kau dan hijau kenangan itu kelak abadi
saat kita bertemu kembali
Monday, February 2, 2009
karena semua akan baik-baik saja
bahwa setiap tetes air mata
dan setiap ruas kesabaran yang tumbuh
dari tumpukan busuk luka dan koreng masa lalu
akan jadi senyummu yang paling manis yang tak dapat pupus
bahkan oleh badai paling garang sekalipun
dapatkah kau bertahan?
dari himpitan waktu
dan tembok-tembok kamarmu
yang bisu dan tuli?
jika saja kau paham
kesunyian yang mengerogoti
malam-malammu
adalah obat mujarab untuk
menyembuhkan kesakitanmu
yang disebabkan dendam dan kecewa yang menahun
maukah kau berdamai dengan waktu?
meletakkan semua kebencian
dan kerinduan yang kini jadi api
semuanya akan baik-baik saja,
percayalah dan teruslah bertarung
tanpa lelah
roman parfum murahan
yang ku semprotkan di pangkal pangkal nadi
dan urat leher dan setiap lekuk tubuhku
tapi harummu sebentar lalu pudar, lalu
menyengat hidung dan menyesakkan dada
saat harummu bercampur bau badanku
ketika amoniak mulai diproduksi ketiakku yang basah
hilang sudah, harummu tak lagi ada
tinggal bau badanku telanjang karena ketiak yang basah
oleh keringat yang keluar saat menyetubuhimu
Thursday, January 29, 2009
kau adalah candi
tempat bermalam seribu harap dan doa
kau adalah candi yang dibangun dalam satu malam
tempat segala hasrat dan ingin tinggi melayang
kau adalah candi dengan semerbak wangi dupa
tempat pendosa dan pendoa asik masyuk terlena
kau adalah candi ditengah malam sunyi
tumpukan batu yang dingin tegar menyepi
:celah-celah tembokmu penuh
sinar bulan pucat memecah pekat
kopi pagi
harapan diam sebatas mimpi
dulu kekasih pergi
saat sepi, datang ia sesekali
tatap mata itu selalu melati
senyum itu selalu secangkir kopi
Tuesday, January 27, 2009
sesuatu yang manis
pada hujan pagi
riang lembut merintik
jadi embun sejauh jarak
ramah sapamu
hangat kuku
pada manis kopi
dan dingin pagi
suatu malam di depan cafe
menggigil jalan-jalan sepi di sapu angin
ditepian kota saat kutuang bergelas-gelas keluh
pada gelas-gelas bir yang telah kosong di meja cafe
seorang ibu mengigil sendiri didepan pintunya
mungkin ia juga butuh bir
usia tak lagi jadi penanda siang dan malam
iba adalah pengharapan,
airmatanya adalah ongkos
menuju pulang
Thursday, January 22, 2009
Tuesday, January 20, 2009
Papuaku
getar gempa di tanahmu
tak sampai kesini
tak ada kotak sedekah
untukmu hibur hati
ketika tatap tembok-tombok rumah
tak lagi berdiri menopang atapnya
tak ada doa untukmu
habis sudah semuanya
getar gemetar tanahmu
tak cukup gigilkan hati
kotak-kotak amal
air mata air mata
doa doa doa
semua dikirim ke gaza
gaza gaza gaza
lagi-lagi gaza!
negeri jauh di seberang pantai kita
yang kini porak poranda
oleh perang perang perang
persetan dengan itu semua!
bukankah dunia menaruh matanya disana?!
O Papua yang sahaja
biarlah kau tetap sahaja
biarlah! biarlah!
biarlah, gaza!
siapa peduli Papua?!
doa siapa sampai di ranahmu?!
surga diujung negeri yang buta
biarlah!
tetaplah bersahaja!
O Papua
Friday, January 16, 2009
kisah tiga pahlawan
tapi pertempuran belum usai
tiga pahlawan satukan tekad
di kebun persik mengangkat saudara
angkat sumpah demi keluarga dan negeri
secangkir arak tanda setia sampai mati
berkelana bersama tiga saudara
lima ratus petani jadi pengikut setia
Liu Bei bijaksana dan garang golok Guan yu
Zhang Fei perkasa ditakuti di seantero negeri
pasang surut pertempuran dijalani
bebaskan rakyat dari tirani
"walau tidak lahir pada hari, tanggal, bulan dan tahun yang sama,
kami berharap dapat mati bersama"
Thursday, January 15, 2009
kata manager HRD
"luar biasa"
kalau saya,
"biasa di luar"
katanya,
"aku eksis"
aku bilang,
"sudah dari dulu"
Wednesday, January 14, 2009
mantra dendam
hantam segala duka
hancurkan cerita cinta
o, nestapa yang sunyi
siksa dunia durjana
hisaplah jiwa, kedalam
lorong-lorong gelap penuh muslihat
jeratlah segala rindu
cekik ia dalam sunyi
usir segala bahagia
cabik-cabik semua tawa
ludahi kata-kata
khianat adalah kado
yang kau kalungkan dileherku
aku tak perlu cinta
hanya butuh bercinta
main hujan
hujan turun
turun lagi hujan
waktu main
waktu hujan
lagi turun main
turun lagi yuk!
main hujan
Monday, January 12, 2009
kesumat
mencabik-cabik harap
jiwa sekarat
megap-megap
seperti kusta menjijik
wajah tanpa muka
menutup malu
aurat tanpa malu
kesumat muntah ruah
tubuh muak tak terkira
dada penuh luka
rahim ibu air mata
nanar
di atas kota
langit terang di bawahnya
anak-anak malam
berurai airmata
purnama basah luka
esok entah kemana
Monday, January 5, 2009
laut rusuh
laut mulai rusuh
nelayan angkat sauh
bentang malam lusuh
menjala mimpi subuh
versi 2:
laut rusuh
nelayan angkat sauh
bentang malam
lusuh
jala mimpi
subuh